25 Agu 2020

Lokasi Wisata Horor di Surabaya


JaguarQQ


Karena tak punya wisata alam yang mendukung seperti Bandung atau Bali, Surabaya akhirnya dikenal sebagai pusat bisnis dan wisata sejarah. Tak hanya itu, wisata-wisata menantang yang dikenal menyimpan kisah mistis juga jadi jujugan favorit. Penasaran di mana saja? Yuk, simak daftarnya berikut ini!

1. Museum Kesehatan


Museum Kesehatan beralamat di Jalan Indrapura Nomor 17, Kemayoran, Kecamatan Krembangan. Museum yang dirintis Haryadi Soeparto ini menyimpan koleksi dan alat-alat yang digunakan dalam proses penyembuhan penyakit.  BandarQ Online

Uniknya lagi, museum ini juga menyimpan patung jelangkung, boneka kayu yang konon digunakan untuk memanggil arwah orang yang mati secara tidak wajar. Terdapat pula sebuah ruangan dengan pintu masuk bertuliskan "dunia lain". Konon ruangan ini terlarang dan nggak sembarang orang boleh masuk. Pintu masuk ruangan ini juga selalu dalam keadaan terkunci.


2. Hotel Majapahit


Hotel Majapahit merupakan salah satu hotel bersejarah di Surabaya, sekaligus menjadi saksi perjuangan arek-arek Suroboyo merebut kemerdekaan Indonesia. Tak hanya kisah sejarah, hotel ini konon juga menyimpan kisah-kisah horor. Salah satunya penampakan tentara Belanda yang biasanya berjalan di lorong. 

3. Pantai Kenjeran


Pantai Kenjeran merupakan salah satu destinasi wisata utama di Surabaya. Pantai ini terkenal dengan kisah kerajaan siluman ular. Tak jauh dari Pantai Kenjeran, terdapat bangunan tua yang merupakan benteng pertahanan saat melawan penjajah. Kabarnya banyak warga yang melihat penampakan makhluk tak kasat mata.



4. Pintu Air Jagir


Pintu Air Jagir merupakan salah satu spot yang pernah disambangi acara Mister Tukul Jalan-jalan. Spot yang kental dengan nuansa mistis ini konon dihuni oleh buaya putih.

5. Jembatan Merah


Jembatan Merah termasuk dalam salah satu spot yang dikenal horor di Surabaya. Kabarnya jembatan ini merupakan saksi bisu tewasnya Brigjen A. W. S. Mallaby di tangan arek-arek Suroboyo.

Brigjen A. W. S. Mallaby merupakan perwira muda eksekutif asal Kerajaan Inggris yang dikirim ke Surabaya untuk memimpin perang. Salah satu kisah mistis yang beredar luas di masyarakat adalah munculnya aroma bangkai dan anyir darah yang menyengat di sekitar Jembatan Merah.


6. Rumah Hantu Kupang


Rumah Hantu Kupang berupa bangunan tua yang berlokasi di Jalan Banyu Urip Wetan, Surabaya. Bangunan yang berdiri megah di tengah rumah penduduk ini didirikan oleh J.A van Middlekoop pada 1809. Gedung ini kemudian dibeli oleh Teng Khoen Gwan pada 1945. Cerita angker dari gedung ini sudah banyak didengar masyarakat sekitar. Salah satunya hantu anak kecil yang kerap terlihat muncul hingga penampakan Noni Belanda. JaguarQQ

7.  Bekas Pabrik Padi Ketintang


Bekas Pabrik Padi Ketintang merupakan bangunan tua zaman Belanda yang dibangun pada 1867. Dulunya bangunan ini merupakan pabrik gula, tapi diubah menjadi pabrik padi.
Seiring berjalannya waktu, bangunan ini mulai ditinggalkan dan kosong sejak tahun 1990-an. Sejak saat itulah muncul kisah horor di bekas pabrik ini. Salah satunya penampakan noni Belanda. Nah, itulah beberapa spot wisata yang dikenal horor di Surabaya. Mana saja yang sudah pernah kamu kunjungi?


JaguarQQ

24 Agu 2020

Penampakan Hantu yang Berhasil Tertangkap Kamera

JaguarQQ


Makhluk tak kasat mata memang sering kali muncul dalam kondisi dan tempat yang tak terduga. Kemunculan mereka memberikan terapi kejut yang luar biasa bagi siapapun yang melihat hasil fotonya.
Orang yang memfoto pun pasti tak akan menyangka jika hasil yang ia jepret ternyata mendatangkan sesuatu yang tak akan pernah terlupakan seumur hidupnya. Berikut adalah 13 penampakan hantu paling seram yang pernah tertangkap kamera.  BandarQ Online

1. Lagi asyik foto bareng teman, tidak sadar jika ada wanita yang bunuh diri di belakangnya


2. Siapakah perempuan berambut panjang yang ada di foto kelas itu?


3. Ada makhluk yang muncul dari dalam air. Mungkinkah dia Kappa?


4. Pria ini tak sadar berfoto dengan kuntilanak


5. Penampakan perempuan di belakang pria yang sedang mengobrol, siapa ya dia?


6. Bocah ini tak menyadari dia sedang menggendong mahluk halus


7. Jangan pernah berdiri di barisan paling belakang, ada makhluk lain yang ingin ikut bermain



8. Ada kepala wanita melayang, serem!


10. Siapakah bocah kecil di belakang pria ini?


11. Muncul seorang wanita dari balik kursi kereta api, penumpang atau ....?


12. Jelas-jelas di belakang tidak ada orang, tapi ada tangan yang muncul  JaguarQQ





JaguarQQ

23 Agu 2020

Wisata Horor di Banyuwangi, Patung Menari

JaguarQQ

Banyuwangi yang dikenal sebagai The Sunrise of Java ini menyimpan ragam wisata alam yang seakan tak ada habisnya untuk dieksplorasi. Di samping wisata alamnya yang menawan, Banyuwangi juga punya banyak spot horor, lho.
Yuk, cari tahu di mana saja sih wisata horor Banyuwangi yang bisa dikunjungi saat liburan!   BandarQ Online


1. Suasana mistis di Rawa Bayu bikin merinding. Konon, beberapa sosok gaib seperti Nyai Resek, Macan Gading, Raja Tawang Alun dan sebagainya tinggal di sini


2. Alas Gumitir yang biasanya dilewati saat menuju Banyuwangi dikenal dengan gerakan tangan patung penari Gandrung yang bisa berubah sendiri


3. Keraton Macan Putih yang dikenal sebagai tempat muksa Prabu Tawang Alun ini dijaga macan putih. Sayangnya, tak banyak yang berani ke sini


4. Kalau punya niat buruk saat ke Alas Purwo, kamu bisa hilang dan tak kembali! Tempat ini dikenal sebagai kerajaan jin yang sangat besar



5. Gua Istana di Alas Purwo ini dijadikan tempat bertapa Presiden Soekarno. Konon, ada jin bertubuh besar yang menjaga tempat ini


6. Penari Gandrung yang berada di kawasan Pantai Watu Dodol ini dikenal suka menari sendiri


7. Di Gunung Ijen, banyak cerita beredar ada pendaki yang merasa dikejar polisi bersamurai sampai hilang, tetapi berhasil ditemukan


8. Warga sering mendengar tangisan di Jurang Tangis, Taman Nasional Baluran. Kabarnya tempat ini jadi sarang pembuangan jenazah pembunuhan  JaguarQQ



9. Pantai Boom jadi saksi utama tragedi INKAI yang memakan banyak korban. Ada yang mengatakan saat itu mereka diserang ribuan jin dari laut

Dari sembilan wisata horor di Banyuwangi tersebut, kira-kira kamu masih berani mengunjungi yang mana? 



JaguarQQ

10 Agu 2020

Meskipun Tidak Sengaja Minta Maaflah

JaguarQQ


HARI KE-1 

Hari ini menjadi waktu paling berat bagi suamiku, Angga. Dia harus kehilangan Ayahnya, setelah 15 tahun silam Ibunya juga meninggal. Sebagai istri, aku pun ikut pulang ke kampung halamannya di Kalimantan. 
Perjalanan ke rumah orang tua Angga tidaklah singkat, setelah tiba di Bandar Udara Supadio Pontianak, kami masih harus menggunakan mobil untuk menuju sebuah kota kecil di daerah Kalimantan Barat yang memakan waktu 4 jam. 
Setibanya di sana, aku bisa melihat banyak bendera putih dikibarkan sepanjang jalan. Bendera ini memang menandakan bahwa baru saja ada seseorang yang meninggal, sehingga kerabat atau tetangga tahu dan bisa berpamitan untuk kali terakhir.   BandarQ Online

“Oh iya ini kenapa rumah kamu juga ramai?” Tanyaku heran karena melihat banyak orang, memenuhi teras.
“Kan acaranya di rumah.”
“Di rumah?” Tanyaku masih bingung. “Kok nggak di rumah duka aja?”
“Di sini belum ada Rumah Duka.” Jelas Angga. 
“Jadi jenazahnya ada di rumah?”
Angga mengangguk. 

Aku hanya membulatkan bibirku tanda mengerti. Walau sebenarnya hal ini sangat ganjil untukku yang terbiasa tinggal di kota besar. Namun bagaimana lagi? Di sini jangankan mal, minimarket saja tidak ada.  

HARI KE-5 

Semua berjalan lancar, bahkan selama 4 hari tidur di rumah Angga dengan jenazah Ayahnya yang masih berada di ruang tamu, aku tidak mengalami gangguan apa pun. Walau sebelumnya aku sempat was-was karena setiap kali keluar kamar, harus melewati jenazah Ayahnya. 
Namun hal janggal justru terjadi usai Ayah dikuburkan. Malam itu kami memilih tidur di ruang tamu, karena kamar digunakan oleh Bibi Angga yang baru sempat datang. Semula semua terasa seperti biasa, hingga pada pukul 03.30 aku mendengar Rafa keponakan Angga menangis. 

“Kenapa tuh?” Tanyaku pada Angga yang juga terbangun.
“Minta susu kali, laper.” 
Aku mengangguk paham dan kembali memejamkan mata. 
“Tak Tak Tak.”
“Ngga bangun.” Pintaku menggoyangkan badannya. “Denger tuh ada yang naik turun tangga.”
“Tak Tak Tak.”
“Tamu kali.” Sautnya asal dan kembali tidur.
“Semua kan tidur di kamar bawah.” Jawabku mengingatkan. “Lagian lantai atas kan kosong, ngapain juga tamu iseng ke atas?”
“Biarin aja.” Balasnya. “Aku ngantuk banget.”
“Ish!” Kataku kesal melihatnya tidur lagi. 
Aku berusaha memejamkan mata dan mengabaikan suara itu, namun sekalipun berpura-pura tak mendengar seluruh tubuhku tetap bergetar ketakutan. 
“Aduh gimana ini?” Keluhku dalam hati, aku sangat takut hingga berkeringat, namun jangankan menyalakan kipas, membuka selimut saja tak berani.

Tanpa kusadari akhirnya aku tertidur dan baru terbangun karena ramainya rumah Angga di pagi hari. Aku masih ingat dengan jelas langka kaki yang kemarin kudengar, rasanya seperti mimpi namun nyata.  
“Aneh banget.” Keluhku sambil mengambil segelas air di dapur.
“Lho.” Kataku terkejut karena melihat adik Angga dari pintu depan. “Gita kapan kamu keluar?”
“Dari tadi Kak, si Rafa merengek minta jajan.”
“Ha?” Kataku masih terkejut dan berlari kecil ke dapur tempat aku melihat Anggita duduk di meja makan. 
Kosong
Aku masih berdiri tak percaya. Aku yakin bahwa tadi melihatnya sedang duduk dan menyisir rambut. Kalau bukan Gita, siapa sosok yang kulihat tadi? 
“Kenapa sih Sis?” Tanya Angga melihatku linglung.
“Aduh aneh banget deh Ngga, aku tadi lihat Gita di dapur.”
“Kamu yakin bukan mimpi?”
“Gimana mimpi, ini aja gelasnya aku masih bawa! Tadi kan aku ambil minum, terus lihat dia duduk sambil menyisir rambut.” Jelasku meyakinkan Angga.
Angga tertawa. “Udah-udah, nggak mungkin kan hantu muncul pagi-pagi?”
Aku mencubit pelan perut Angga. “Tapi yang tadi malam kamu juga dengar kan?”
Angga mengangguk. “Mungkin cuma mampir.”
“Itu artinya tadi aku mungkin melihat ‘mereka’ kan?”
“Udah jangan terlalu dipikirin.”


HARI KE-6 

“Huuhuhu Huaaa.” “Huuhuhu Huaa.” Tangis Rafa kembali membangunkanku. Aku melihat jam saat ini menunjukkan pukul 03.30 dini hari, waktu yang sama dengan dia menangis kemarin. Apa mungkin suara orang naik turun tangga tersebut akan terdengar kembali?
Hening
Rafa sudah kembali tertidur dan aku belum mendengar suara gangguan lagi, mungkin benar kata Angga mereka hanya mampir. 
“Tak Tak, Prang, Tak Tak, Prang.”
Aku kembali terkejut. Baru saja ingin memejamkan mata, suara gangguan itu kembali muncul. Kali ini bukan lagi suara naik turun tangga, melainkan seseorang yang melakukan aktivitas di dapur, seperti suara pisau memotong daging dan orang sedang memasak. 
“Tak Tak, Prang, Tak Tak, Prang.” Suara itu kembali terdengar, sangat jelas.  
Ngga bangun.” Panggilku padanya yang masih tidur dengan nyenyak.
“Hmm.” Sahutnya tak peduli.
Aku menggoyangkan tubuhnya berulang kali. “Ayo bangun Ngga!”
“Hmm.” Sahutnya. “Udah diemin aja.” Lanjutnya memelukku agar tak takut.

HARI KE-7 

Hari ini suami Anggita baru kembali dari luar kota, namun karena kamar mereka digunakan oleh saudara Ayah mereka, maka Adi mengajak Gita tidur di lantai 2 bersamanya.  
Lantai 2 memang sudah lama tak ditempati, mungkin karena itu kemarin aku mendengar suara iseng orang naik turun tangga. Berbeda denganku, Angga tidak ambil pusing. Bahkan dia pun juga mendengar suara seseorang sedang beraktifitas di dapur, namun karena terlalu mengantuk Angga memilih kembali tidur. 
“Hhh.” Aku menghela napas. Semoga dengan adanya Adi dan Gita di lantai 2 tidak ada lagi makhluk iseng yang menggangguku.
“Tak Tak Tak.”
Aku kembali membuka mataku dengan terkejut. Suara itu datang lagi! 
“Tak Tak Tak.” “Tak Tak Tak.”
Aku menutup mataku, suara itu bukan lagi dari tangga melainkan di bawah kakiku! Bagaimana ini. Rasanya tubuhku sangat lemas. Bahkan untuk membangunkan Angga saja aku tak berani bergerak.  
“Tak Tak Tak.” “Tak Tak Tak.” 
Suara itu semakin jelas di telingaku, seperti seseorang sedang berjalan mondar mandir. Kenapa harus aku. Apa karena belum pernah kemari, aku dianggap sebagai tamu tak diundang? 
“Siska.” Bisik seseorang di telingaku. Seketika semua kesadaranku hilang. Hal terakhir yang kuingat, suara itu membuat seluruh tubuhku bergidik.
“Ada apa sih?” Tanyaku pada Angga karena semua orang berkumpul dan berbicara sangat antusias seolah ada hal besar baru saja terjadi.
“Kamu kesurupan.”
“Ha?” Kataku terkejut. “Kesurupan? Kamu becanda?” Lanjutku tertawa.
“Beneran.” Jawabnya serius. “Ini Mbah Darmi yang bantu keluarin jin di tubuh kamu.”
“Jin? Gimana, gimana? Aku nggak paham.” Kataku masih tak tak percaya, karena menganggap bahwa cerita manusia bisa dirasuki hantu hanya akal-akalan dari sebuah acara televisi untuk menaikkan rating mereka.
“Nggak apa-apa Nak, biasanya orang yang kesurupan nggak akan sadar apa yang terjadi.” Jawab Mbah Darmi menjelaskan padaku. 
Aku mengangguk paham. Walau belum sepenuhnya percaya, tapi tidak mungkin juga Angga membohongiku. 
“Kenapa saya bisa kesurupan Mbah?”
“Dia mengincar kamu.”
“Saya?”
Mbah Darmi mengangguk. “Kamu ingat ada melihat batu besar di dekat jembatan?”
Aku mengangguk. 
“Itu tempat tinggal dia. Kamu ada menyentuh sesaji di batu tersebut?”

Aku terdiam. Aku ingat hari itu setelah mengantarkan Ratih anak bu RT pulang, tanpa sengaja aku terpeleset karena terjalnya jalan. Aku tak begitu menyadari bahwa bunga yang kupungut dan kukembalikan di atas batu adalah sesajan karena hari sudah gelap. 
“Tapi saya nggak sengaja Mbah.”
Mbah Darmi tersenyum. “Bagi mereka, sengaja atau tidak itu adalah kesempatan untuk menjadikan kamu rumah barunya.”
“Sekarang dia ke mana Mbah?”
“Pergi, Mbah usir kembali ke tempatnya.”
“Jadi dia bisa ganggu saya lagi Mbah?”  JaguarQQ
“Tenang aja, saya sudah lindungi kamu dan dia nggak akan berani mendekat.” Jelas Mbah Darmi.
“Terimakasih Mbah.”
Mbah Darmi tersenyum. “Ingat ya Nak Siska, kedepannya harus selalu hati-hati. Bila nanti tanpa sengaja Nak Siska menyentuh sesaji atau hal keramat lain, minta maaf dan segera doakan mereka tenang.”
Aku mengangguk paham. Aku menyadari telah lupa, bahwa yang hidup di dunia ini bukan hanya manusia, setidaknya ini menjadi pelajaranku untuk lebih hati-hati dengan tindakanku agar tidak merugikan makhluk apa pun. 



JaguarQQ

9 Agu 2020

Rumah Hantu di Perkebunan Karet

JaguarQQ

"Ada pocong om.." Dengan suara bergetar, gw berbisik ke arah om Heri yang sudah ikut duduk bersandar di sebelah kiri.
"Aku takut.."  Om Heri hanya diam, tapi raut wajahnya terlihat cukup tenang, sedikit membantu meredakan rasa takut yang tengah gw rasakan. 
"Mereka ada, selalu ada di sini. Yuk berdoa dalam hati, supaya cepat pergi."  Dalam ketakutan, gw mencoba untuk berdoa sebisanya. 
"Sepertinya udah pergi Brii.."  Om Heri bilang begitu sambil tangan kanannya memeluk pundak gw. 
Keadaan dalam rumah sangat sepi dan hening, gak terdengar ada pergerakan apa pun di luar kamar. 
Sementara di luar rumah, angin berhembus meniup pepohonan. Anginnya cukup kencang bertiup, hembusannya terasa sampai masuk ke dalam kamar, masuk melalui sela-sela lubang jendela, jendela yang tepat berada di atas kepala. 
Perasaan gw mengatakan kalau ini belum selesai..   BandarQ Online
Perasaan mengatakan kalau malam masih panjang, ketika suara lolongan panjang anjing hutan ikut menghiasi "kesyahduan" malam.
Lolongan panjang yang awalnya terdengar dari kejauhan, lama kelamaan semakin mendekat. 
Gw melihat wajah om Heri, walau masih tersenyum tetapi sudah nampak ada garis-garis kecemasan. Gw peluk tubuhnya erat-erat. 
Kami hanya duduk menatap pintu kamar yang tertutup rapat. Sambil terus berdoa, kami menunggu dengan dengan cemas apa yang kira-kira akan terjadi kemudian. 
Harapannya, semoga gak ada hal menyeramkan, semoga semua aman sampai pagi. 
Tapi ternyata harapan tinggal harapan..

Tiba-tiba gw mendengar suara.. 
Suara yang bersumber dari jendela yang terletak persis di atas kepala kami yang sedang duduk di bawahnya. 
Seperti suara gesekan dua benda.. Kami langsung menoleh ke atas. 
Setelah sudah melihat ke jendela yang masih dalam keadaan tertutup itu, kami melihat sesuatu, ada sesuatu yang bergerak-gerak.
Awalnya gak tahu itu apa, gw hanya melihat ada sesuatu yang bergerak-gerak di lubang jendela. Benda kecil yang bergerak-gerak.. 
Tapi, walaupun ruangan gak terlalu terang, hanya mengandalkan cahaya dari lampu templok, akhirnya gw dapat memastikan benda apakah itu sebenarnya. 
Itu ternyata jari tangan.. Beberapa jari tangan terlihat bergerak-gerak mencoba masuk melalui lubang jendela. 
Jari-jari itu pucat dan kotor, dengan kuku-kukunya yang menghitam. 
Pemilik jari gak terlihat, karna kami gak bisa dan gak berani untuk mengintip ke luar jendela. 
Jari-jari itu terus bergerak, sambil bergeser ke kanan dan kiri. 
Kami ketakutan, hanya bisa terdiam dan memperhatikan. 
"Om.., ada jari" Gw berbisik pelan.. 
Om Heri langsung menurunkan wajah gw dengan tangannya, supaya gak melihat jari-jari itu lagi.
Setelahnya, gw tetap masih mendengar suara jari-jari itu bergerak. 
Badan gw gemetar, nyaris menangis.. 
Tapi untunglah, kejadian itu gak berlangsung lama, beberapa menit kemudian gw gak mendengar apa-apa lagi. 

Selesai? Belum..
Suasana kembali hening, namun masih mencekam. 
Suara angin yang tadinya terdengar berhembus kencang, gak ada lagi, di luar rumah sangat sepi. 
Lolongan anjing juga berhenti. 
"Yuk ke atas tempat tidur Brii, kita coba untuk tidur ya.. " Begitu kata om Heri dengan suara pelan. 
Gw mengangguk, setelah itu kami berdiri dari beranjak menuju tempat tidur. 
Kali ini gw merebahkan badan di sisi tempat tidur dekat tembok, Om Heri tidur di sebelah kiri gw. 
Lalu Om Heri menurunkan kelambu, menutupi sekeliling tempat tidur. 
Kami masih diam tanpa percakapan dan belum juga mampu untuk memejamkan mata. 
Cukup lama situasi itu berlangsung, hingga pada saat ketika ada sesuatu yang terjadi lagi.. 
Kompak, kami menoleh ke arah pintu ketika tiba-tiba terdengar suara.. 
Suara yang bersumber dari pintu kamar.. 
Ternyata, suara itu muncul dari gagang pintu bergerak-gerak, seperti ada yang hendak membukanya dari luar. 
Kami diam dan membisu, hanya memperhatikan. 
Gw yakin, kalau sejak tadi pintu sudah dalam keadaan terkunci, om Heri yang menguncinya. Namun tetap aja gw ketakutan, sambil berharap pintu gak akan bisa terbuka. 
Beberapa saat lamanya gagang pintu itu bergerak-gerak, diselingi dengan sesekali berhenti.. 
Aneh, tapi nyata adanya, ketika tiba-tiba secara perlahan anak kuncinya bergerak berputar sendiri, ada sesuatu yang membuatnya berputar. 
Hingga pada akhirnya, anak kunci berhenti bergerak ketika posisinya sudah menunjukkan kalau pintu sudah dalam keadaan tidak terkunci. 
"Jangan takut Brii, biarin aja, jangan lihat.. " Om Heri akhirnya berbicara. 
Namun mata gw terus saja mengarah ke pintu, menunggu apa yang akan terjadi kemudian. 
Iya, kemudian gagang pintu kembali bergerak ke bawah.. 
Akhirnya, perlahan-lahan pintu mulai terbuka.. 
Celah kecil mulai terlihat, ketika pintu terus bergeser terbuka. 
Dari balik kelambu kami terus memperhatikan.. 
Pelan-pelan, kami dapat melihat ruang tengah melalui celahnya. Ruang tengah sangat gelap, karna lampu petromak sudah mati sejak tadi. 
Kami belum melihat apa-apa.. 
Sampai akhirnya ada sesuatu yang muncul dari balik pintu.. 
Sesuatu yang sudah gw lihat beberapa saat sebelumnya. 
Ada pocong berdiri.. 
Sebagian tubuhnya terlihat dari celah pintu yang masih terbuka hanya beberapa sentimeter saja. 
Gw terdiam seperti terhipnotis, gw lihat om Heri juga begitu, dia masih diam dan membisu. 
Sementara pocong itu masih saja berdiri di balik pintu. 
Kemudian pintu bergerak lagi, bergerak menjadi semakin terbuka lebar secara perlahan. 
Sebagian besar tubuh pocong itu menjadi terlihat ketika pintu sudah nyaris terbuka penuh. 
Kemudian pocong itu bergerak.. Bergerak masuk ke dalam kamar.. 
Lalu berhenti dan berdiri tepat di sebelah tempat tidur. 
Hanya kelambu tipis tembus pandang yang membatasi jarak kami. 
Jantung seperti berhenti berdegup, keringat dingin mulai mengucur, gw gemetar ketakutan. 
Tiba-tiba om Heri bangun dari posisi tidurnya dan duduk di samping tempat tidur. 
"Jangan lihat dia Brii, kamu merem aja" Gw menuruti omongannya. 
Gw memejamkan mata sambil menutupi wajah dengan kedua tangan. 
"Tolong jangan ganggu, pergi dari sini." Gw dengar om Heri berbicara dengan pelan, suaranya bergetar. 
Setelah itu, dengan suara pelan gw mendengar dia membaca doa dan ayat-ayat suci. 
Cukup lama mendengar om Heri melakukan itu, hingga pada akhirnya gw mendengar kalau dia seperti bangkit dari duduknya. 
Kemudian terdengar suara pintu yang tertutup. 
Gw membuka mata, lalu melihat om Heri sedang mengunci pintu. Kali ini dia mencabut anak kunci. 
Pocongnya sudah gak ada..


"Brii, bangun.., yuk sholat subuh dulu." 
Ah, alhamdulillah, ternyata sudah subuh. Gw langsung beranjak ke kamar mandi untuk berwudhu.
Suara motor terdengar dari kejauhan ketika gw dan om Heri sedang duduk di teras rumah, jam sudah menunjukkan hampir pukul tujuh pagi. 
Ternyata Om Wahyu yang datang dengan mengendarai motor. 
"Wah, kok sarapannya cuma teh aja Brii.. Hehe." 
Cengengesan om Wahyu menyapa gw setelah turun dari motornya. 
Kemudian dia masuk ke dalam rumah dan menyiapkan sarapan. 
Seperti hari-hari sebelumnya, suasana pagi di perkebunan karet itu cukup indah dan menenangkan, sangat berbeda dengan situasinya pada malam hari. 
Embun pagi menutupi nyaris seluruh perkebunan, sinar matahari perlahan menembus masuk melalui sela-sela pohon. 

Indah.. 
Masih di teras rumah, kami menikmati nasi goreng kilat buatan om Wahyu sambil berbincang panjang lebar disertai gelak tawa, seperti gak pernah ada kejadian menyeramkan pada malam sebelumnya, kami belum membahasnya. 
Gak lama setelah itu, satu persatu pekerja perkebunan mulai berdatangan. Kemudian mereka bersama om Heri dan Om Wahyu melaksanakan rutinitas pekerjaannya. 
Gw gimana? Tinggal di rumah? 
Gak mau, gak berani. Gw mengikuti kegiatan mereka sampai selesai.

Di sela-sela pekerjaan, om Wahyu sesekali mengajak gw berbincang, dia bertanya tentang situasi rumah semalam ketika dia gak ada. 
Gw cerita semuanya.. 
"Itulah Brii, sebenernya kami gak mau cerita, tapi akhirnya kamu merasakan juga kan. Semoga kamu gak kapok main ke sini ya.. " Begitu kata om Wahyu. 
Kapok? Tentu saja gw kapok, gw akan berpikir seribu kali untuk berlibur di tempat ini lagi. 
Sebenarnya gw udah pingin pulang, tapi gak berani bilang, gak enak, pasti merepotkan, karna om Heri tentu saja harus mengantar gw nantinya. 
Ya sudah, gw cuma bisa pasrah, menunggu sampai hari minggu untuk bisa pulang. 
Sebenarnya, mengesampingkan mahluk-mahluk menyeramkan yang selalu datang, perkebunan ini tergolong indah, gw suka dan menikmati. 
Suasananya tenang dan udaranya masih segar, karna memang letaknya di tengah-tengah hutan. Keaadaan yang cukup susah gw dapatkan di kampung halaman. 
Tapi ya itu tadi, banyak kejadian seram ketika malam datang..

Sore menjelang.. 
Kami bersama para pekerja lainnya sudah dalam perjalanan pulang, ada yang menggunakan motor ada juga yang mengendarai sepeda. 
Sesampainya di rumah mereka berkumpul di teras, berbincang sambil membereskan perlengkapan dan peralatan. Sementara gw langsung masuk duluan ke rumah, merebahkan tubuh di kursi panjang ruang tengah, capek.. 
Gw melamun sambil menikmati pemandangan di luar jendela, hari yang tadinya terang berangsur mulai menjadi gelap. 
Dari kursi panjang itu, posisi gw membelakangi teras rumah, tempat di mana om Heri dan lainnya sedang berbincang. 
Menghadap ke dapur dan kamar mandi, gw jadi dapat melihat langsung ke arah bagian belakang rumah itu. 
Belum ada yang menyalakan lampu dan ditambah sudah menjelang malam, isi rumah menjadi agak temaram, apa lagi bagian belakangnya. 
Di antara pintu kamar mandi dan dapur, ada pintu kayu yang langsung menuju ke luar. 
Nah, di tengah-tengah lamunan, gw terkesiap.. 
Gw melihat sesuatu.. 
Ada bayangan hitam yang berkelebat keluar dari dalam kamar mandi kemudian masuk ke dapur. 
Hanya sekelebat, tapi gw yakin kalau itu benar terjadi. 
"Apa itu yang baru aja lewat?" Begitu gumam gw dalam hati. 
Selanjutnya gw berpikir itu hanya bayangan biasa, karna orang-orang di luar hilir mudik di depan pintu, mungkin itu bayangan mereka. 
Gw lanjut menatap jendela, menikmati pemandangan di luar. 
Tapi beberapa saat kemudian, tiba-tiba dari sudut mata, terlihat bayangan itu lagi. 
Kali ini gak hanya sekelebat, tapi bayangan itu diam berdiri tepat di depan pintu belakang. 
Gw belum berani melihatnya langsung, mata masih menghadap ke jendela, posisi tubuh masih rebah berbaring. 
Tapi akhirnya, yang awalnya hanya berani melirik, gw nekat melihatnya langsung. 
Benar, ada bayangan hitam berdiri, sosoknya seperti laki-laki, tinggi besar, hampir setinggi pintu rumah.. 
Gw masih terdiam terkesima memperhatikan.. 
Gak bisa melihat jelas wajahnya, gw hanya mampu sampai melihat bentuk sosoknya. 
Perlahan bangkit dari posisi berbaring, gw berniat lari ke teras depan. Mata masih terus menatap ke bayangan hitam itu, takut tiba-tiba dia bergerak mendekat dengan cepat. 
"Brii, belum mandi kamu? Mandi dulu sana." Suara om Wahyu yang tiba-tiba muncul dari balik pintu depan mengagetkan gw. 
"Belum om, nanti aja, tanggung.." Jawab gw pendek. 
Ketika gw melirik lagi ke pintu belakang, bayangan hitam itu udah gak ada, udah menghilang.

Malam pun tiba, 
Karna di luar gerimis, gak seperti malam sebelumnya kali ini kami hanya duduk bertiga di ruang tengah, sambil menikmati makan malam yang di siapkan oleh cheff Wahyu. 
Perbincangan gak ada membahas sedikit pun tentang kejadian semalam, kedua Om tampaknya seperti menjaga supaya gw gak trauma dan ketakutan. 
Gak ada pembicaraan tentang itu sama sekali. 
Kami hanya berbincang tentang hal yang menyenangkan, seperti itulah kira-kira. 
Perbincangan kami ditambah dengan canda tawa, memecah sunyinya malam. Sementara di luar, hujan turun semakin deras, sesekali suara petir terdengar satu persatu. 
Sudah jam sepuluh malam, perbincangan belum juga ada tanda-tanda akan selesai, padahal gw udah ngantuk, akibat kurang tidur pada malam sebelumnya. 
"Udah ngantuk Brii?, kamu tidur duluan sana," 
"Iya Om, aku tidur duluan ya." 
Begitu gw bilang ke om Heri. 
Setelahnya, gw beranjak masuk ke dalam kamar, mencoba untuk tidur. 
Om Heri dan Om Wahyu masih lanjut berbincang. 
Karna memang sudah lelah dan ngantuk berat, gw langsung gak sadarkan diri, terlelap..

Entah waktu itu sudah jam berapa, tiba-tiba gw terjaga, yang pasti hari masih malam. 
Seperti biasa, sekeliling tempat tidur tertutup kelambu. 
Dalam kamar penerangannya temaram, cahaya hanya bersumber dari lampu templok di sudut ruangan. 
Gw tidur di sisi kiri tempat tidur, setelah  menoleh ke sebelah kanan ternyata Om Heri tidur di sisi lainnya, sisi dekat tembok. 
Cukup lama gw terbengong-bengong untuk menyadari kalau sudah benar-benar terjaga. 
Om Heri terdengar dengkurannya, menandakan kalau dia benar-benar nyenyak. 
Apakah saat itu gw benar-benar terjaga? Gw akan meragukan tentang hal ini di akhir kejadian, sampai sekarang.. 
Beberapa saat kemudian, gw melirik ke arah pintu kamar, ternyata dalam keadaan terbuka. 
Ruang tengah kelihatan sudah gelap gulita, hanya cahaya langit dari luar yang sedikit memberikan penerangan dari sela jendela. 
Hujan sudah berhenti, gak terdengar lagi suaranya. Hanya suara jangkrik dan binatang malam lainnya yang terdengar bersahut-sahutan. 

Dan.. 
Lagi, suara lolongan panjang anjing hutan mulai terdengar dari kejauhan, suasana semakin mencekam. 
Ketika sedang menatap ke arah ruang tengah, tiba-tiba gw melihat sesuatu.. 
Ada bayangan hitam yang bergerak dari arah belakang rumah, kemudian berdiri diam di depan pintu. 
Gw terpaku.. "Sosok itu lagi.." Begitu pikir gw dalam hati. 
Aneh, badan sama sekali gak bisa digerakkan, mulut tercekat, gak bisa bersuara untuk mencoba membangunkan Om Heri. 
Gw ketakutan, ketika sosok itu mulai berjalan masuk ke dalam kamar. 
Gw masih belum bisa bergerak dan bersuara, sama sekali kaku.. 
Kemudian sosok itu berhenti tepat di samping tempat tidur, berdiri menghadap ke gw yang masih terbaring. 
Jarak kami terpaut beberapa puluh sentimeter, hanya kelambu tipis sebagai penghalangnya. 
Gw semakin ketakutan, masih aja gak bisa bergerak dan bersuara, ketika sosok itu perlahan mendekat. 
Semakin mendekat, kemudian tangannya mulai membuka kelambu.. 
Pada saat itu gw belum juga bisa melihat wajahnya dengan jelas, terlihat hanya hitam legam. 
Gw menoleh ke arah kanan, Om Heri masih aja lelap tertidur. 
Gw panik, ketika kelambu sudah benar-benar terbuka. 
Lalu sosok itu mencoba mengangkat tubuh gw, membopong gw dari atas tempat tidur. 
Tetap, gw masih belum bisa bergerak dan bersuara, hanya bisa menoleh ke arah Om Heri yang masih tetap terlelap. 
Gw menangis dalam diam, air mata mulai jatuh, panik dan ketakutan. 
Setelah badan sudah benar-benar terangkat, sosok itu membawa gw ke luar kamar. 
Desah nafasnya mengeluarkan hawa panas yang menerpa wajah gw. 
Gw masih belum juga bisa melihat wajahnya. 
Kemudian dia membawa gw ke luar rumah, melalui pintu depan. Sejak detik itu, gw memejamkan mata dan berdoa sebisanya di dalam hati. 
Segelahnya, gw merasa kami terus bergerak menjauh meninggalkan rumah, gak tau ke arah mana, gak tau menuju ke mana.. 
Hingga beberapa menit kemudian kami berhenti, saat itulah gw baru berani membuka mata. 
Masih berada di dalam gendongan sosok itu, gw melihat ke sekiling. Ternyata kami berada di tengah-tengah pepohonan, bukan pohon karet, tapi pohon besar dan rindang, seperti di tengah hutan belantara. 
Keadaan sangat gelap, hanya cahaya dari langit yang menembus sela pepohonan yang membantu penglihatan.   JaguarQQ
Kemudian perlahan dia menurunkan gw dari gendongannya. Memposisikan gw berdiri di sebelah kirinya. Sementara itu gw masih aja gak bisa bergerak dan bersuara. 
Cukup lama kami berdiri diam dalam keheningan.. 
Hingga pada akhirnya, ada sesuatu yang bergerak dari kejauhan, bergerak mendekat ke arah tempat kami berdiri. 
Ketika sudah cukup dekat, barulah gw dapat melihat dengan jelas apa itu yang sedang bergerak mendekat. 
Gw melihat ada serombongan orang yang datang berbaris beriringan. Gw langsung tersadar kalau gw pernah melihat rombongan ini sebelumnya. 
Beberapa orang yang berjalan paling depan terlihat membopong sesuatu. 
Benar, mereka membawa keranda mayat.. 

Saat itu pula gw baru tersadar, kalau beberapa meter di depan kami berdiri ternyata ada lubang di tanah yang memanjang, persis seperti liang kuburan. 
Beberapa saat kemudian, rombongan itu kemudian berhenti tepat di depan liang kuburan, lalu beberapa orang yang menggotong keranda menurunkan kerandanya dari pundak mereka. 
Di atas keranda, gw melihat sesosok jenazah yang terbaring dengan berbalut kain kafan. 
Mengerikan.. 
Semakin ketakutan, gw menangis dalam diam.. 
Ketika gw menoleh ke kanan, untuk melihat sosok tinggi besar yang membawa gw ke tempat itu, dia hanya berdiri diam memperhatikan "rekan-rekan"-nya. 
Proses penguburan di tengah hutan pada tengah malam itu pun di mulai.. 
Beberapa orang mulai menurunkan jenazah dari atas keranda untuk memasukkannya ke dalam liang kubur. 
Jarak gw dan pocong yang sedang diangkat itu hanya beberapa meter, sangat dekat. 
Gw semakin ketakutan, badan gemetar hebat, ketika gw melihat hal yang cukup mengerikan.. 
Ketika hendak dimasukkan ke liang kubur, pocong itu terlihat terbuka pada bagian wajahnya. 
Dari pantulan sedikit cahaya langit, gw dapat melihat wajahnya. 
Kemudian pocong itu tersenyum ke arah gw.. 
Gw menangis sejadi-jadinya, ketakutan, hingga pada akhirnya gw jatuh terduduk. 
Setelah itu gw gak ingat apa-apa lagi..

"Brii.., bangun Brii, bangun." 
Hari masih gelap ketika gw tersadarkan oleh suara om Heri dan Om Wahyu.. 
Ternyata gw sedang berada di teras depan rumah, berbaring di lantainya. 
Ketika sudah benar-benar terjaga, hanya satu kalimat yang sangat ingin gw ucapkan: 
"Om, aku pingin pulang, gak tahan lagi om, takut." 
Sambil menangis gw mengucapkan kalimat itu. 
"Iya Brii, hari ini om antar kamu pulang ya."  Begitu kata Om Heri. 
Hari itu juga gw pulang..
Itulah pengalaman yang gw dapatkan ketika berlibur di perkebunan karet, salah satu pengalaman yang paling menyeramkan yang pernah gw alami. 
Cukup, gw kapok, gak mau lagi datang ke tempat itu.. 
Sementara om Heri dan om Wahyu tetap melanjutkan hidup di sana, jadi masih banyak kejadian mencekam yang akan mereka ceritakan.


JaguarQQ

8 Agu 2020

Suara Anak Kecil di Dalam Gor

JaguarQQ



Sebuah cerita horor heboh di media sosial Twitter baru-baru ini.
Akun Twitter  @Hallonindy membagikan cerita seramnya dengan judul ‘Gor Angker’.
Kejadian tersebut bermula ketika Nindy dan teman-temannya berolahraga badminton pada malam hari.

Nindy dan teman-temannya berolahraga badminton pada malam Juma’at. BandarQ Online
Biasanya ia selalu menjadwalkan olahraga tersebut pada malam minggu, namun entah mengapa pada saat itu harus bergeser hari.
Pada saat itu kebetulan teman-teman Nindy yang hadir adalah wanita semua. Teman prianya AN, AR, dan BI (inisial) berhalangan untuk hadir.
Dan behubung GOR telah di booking, maka mau tidak mau Nindy dan temannya harus bermain badminton di malam tersebut bersama Isma, Tarlina, Tami dan Kania.

Badminton dijadikan Nindy dan teman-temannya sebagai olahraga rutin malam hari karena bisa menghabiskan waktu sambil bercanda gurau, gelak tawa untuk menghilangkan penat seharian penuh.
Perjalanan menuju GOR terbilang agak jauh, sebelum berangkat Nindy dan teman-temannya berkumpul di rumah Isma.

GOR letaknnya berada di tikungan jalan berhadapan dengan sawah, kebun dan pemakaman keluarga.
Bangunan lantai 1 dilengkapi dengan 1 WC dan cermin besar dan tampak seperti rumah biasa jika dibandingkan GOR pada umumnya.
Di sudut halaman tumbuh pohon nangka yang tidak terlalu besar.
Tiap angin berhembus akar daunnya berayun-ayun, sehingga cukup ngeri jika melihatnya di malam hari.
Karena Nindy dan temannya yang hadir hanya berjumlah lima orang, akhirnya Terlina menjadi pemain cadangan pada saat itu.

Terlina duduk sendirian di pinggir lapangan GOR.
Singkat cerita, Terlina ternyata sudah merasakan perasaaan yang tidak enak sehingga ia sesekali berdiri diantara net.
Ia merasakan adanya kehadiran makhluk lain bersama mereka.
Isma pun sempat merasakannya. Ia melihat ada beberapa banyangan anak kecil yang menampakan diri beberapa kali di belakangnya, tapi Isma tidak langsung cerita saat itu.
Jadi, Isma lebih memilih tukar posisi degan Tami tanpa basa-basi.
Setelah beberapa menit main, Nindy sudah merasa capek dan memutuskan tukar pemain dengan Tarlina.


“Lin kamu main ya aku udah capek,” ucap Nindy.
Lanjut, pada malam itu benar-benar terasa sunyi, satu-satunya bunyi berasal dari pukulan kok bulutangkis, dan gelak tawa mereka.
Beberapa menit duduk belum juga minum. 
Nindy merasa ada sesuatu yang membuatnya tidak nyaman, seolah seperti ada yang duduk disebelah.
Hingga akhirnya ia memutuskan untuk pindah posisi duduk tepat di dekat pintu.
Meski begitu, Nindy mencoba untuk tak berpikir ke arah mistis.
Dia berpikir mungkin karena capek jadinya halu.
Tapi tak bisa dipungkiri, setelah bersantai dan minum beberapa tegukan, Nindy merasa semakin was-was.

Puncaknya, ada suara anak kecil menyorak seolah seperti dia marah karena Nindy dan teman-temannya karena berisik.
Suara tersebut seolah sedang memarahi, bahkan terdengar nyaring dan bergema, karena mungkin lokasinya berada di dalam GOR.
Pada saat itu juga, mereka semua lari terbirit-birit keluar dari GOR, yang paling pertama keluar adalah Nindy karena posisi duduknya tepat didekat pintu.
Lari rasanya berat dan lemas tidak karuan.
Hingga Tarlina sampai tersungkur ke rak sepatu, karena benar-benar dibuat kaget dengan suara anak kecil itu yang entah asalnya dari mana.
Begitu berdiri di depan GOR, mereka bertatapan, mematung sepersekian detik sambil mengatur nafas dan membaca doa.
“Pada denger gak?,” ucap Nindy.
“ Iya kita denger jelas banget,” saut lainnya.
Lari mereka rupanya sempat membangunkan penjaga GOR itu.
“Ada apa neng kenapa pada lari ?” kata penjaga GOR.
“Ada suara anak kecil nyorakin,” jawab Nindy.
“Masa ada anak kecil masuk lewat mana,” heran penjara GOR.
" Gatau pa jelas banget suaranya,” jelasnya.
“Engga bukan apa-apa istighfar baca doa,” ucap penjaga GOR lagi.
Saat itu juga, penjaga GOR langsung masuk untuk  mengecek setiap sudut.

Bapak ini seperti tau sesuatu tapi tidak ingin memberitahu yang sebenarnya pada Nindy dan kawannya.  JaguarQQ
GOR ini terbilang tertutup, orang luar apalagi anak-anak pasti tidak bisa sembarangan masuk.
Kalaupun kerabat dari pemilik GOR, Nindy pasti tau karena ia duduk tepat dekat pintu masuk, penghuninya hanya segelintir dan daritadi tidak ada bunyi langkah kaki, penjaganya pun tertidur sambil pegang koran.
Jelas tak mungkin ada kegiatan di sekitar GOR, karena saat itu sangat sunyi.
Bahkan suara orang atau motor lewat pun tidak ada.
Akhirnya, mereka berlima memutuskan untuk pulang padahal jam sewa masih ada.
Masuk untuk membawa barang-barang aja mereka ketakutan hingga ditemani penjaga GOR, apalagi harus main lagi!
Sebelum pulang, penjaga terus mewanti-wanti Nindy dan keempat temannya.
“Jangan kapok ya neng bukan apa-apa itu,” ucap penjaga.
Pada saat itu mereka hanya meng-iyakan saja.
Yang jelas setelah kejadian itu, mereka tidak pernah lagi berolahraga badminton malem hari.
Dari kisah ini, pembagi cerita berharap untuk siapa saja yang merasa sebagai pendatang, sebaiknya harus menjaga sikap.
“Kita tidak tahu sejarah di balik tempat kita berpijak”
“Kalaupun kita sudah sopan tapi masih ngalamin yang aneh-aneh, mungkin 'mereka' hanya ingin menunjukan bahwa 'mereka ada’,” tulis akun @Hallonindy.


JaguarQQ