
Rombongan Daniawan berlarian memencar ke segala penjuru kala mereka melihat sosok pocong yang berdiri di balik sebuah batu besar. Padahal, sore baru menjelang kala mereka mengunjungi Curug Awi.
Belum lagi nafas mereka tenang setelah berlari melompati bebatuan besar dan ubin yang licin akibat lumut, Daniawan tiba-tiba tersungkur menubruk tanah dan berteriak-teriak. Suaranya berubah menjadi lebih berat dan kasar. BandarQ Online
"Pergi kalian! Pergilah! Kalian hanya mengganggu. Pergi!
Tak ada yang lebih menyeramkan selain melihat orang yang sedang kerasukan. Bola mata Daniawan memandang ke atas, seolah ia sedang melihat langit. Namun, wajahnya masih berpaku lurus tegak ke depan.
Kedua tangannya menyila seperti sedang berpangku tangan. Sesekali Daniawan berbicara tak begitu jelas. Kadang juga teriak dan meludahi siapapun yang ada di hadapannya.
"Jangan mendekat. Ia akan meludahi kalian. Itu pasti sosok pocong yang tadi kita lihat."
"Lalu bagaimana ini, Dul? Kasihan Daniawan. Bagaimana cara mengatasinya?"
"Kalian jaga dia di sini. Aku akan mencari bantuan."
Randul berlari ke arah pemukiman warga berharap menemukan seorang yang bisa menangani korban kesurupan. Meski jalanan yang terjal dan penuh lumpur, ia tetap berlari kencang.
Semua ini soal hidup dan mati. Kalau ia tak segera mencari orang pintar, bisa-bisa jiwa Daniawan terambil oleh makhluk gaib tersebut dan bakal berujung gila. Setidaknya begitu isi pikiran Randul.
Hari itu, Daniawan, Randul, dan lima orang temannya sengaja mengunjungi Curug Awi. Mereka hendak berwisata dan melepas penat setelah semingguan lelah bekerja.
Namun, Curug Awi bukanlah destinasi wisata air terjun yang terawat sebagaimana destinasi wisata lainnya. Air terjun tersebut masih tergolong baru dan belum ramai pengunjung.
Untuk menuju ke sana, Daniawan dan kawan-kawan harus berjalan kaki sejauh dua kilometer dengan jalur yang terjal dan amat licin. Pepohonan lebat menjadi pemandangan satu-satunya yang bisa mereka lihat selama mengarungi jalan setapak.
Tujuh sekawan itu memang suka dengan petualangan. Maka dari itulah mereka memilih Curug Awi ketimbang tempat wisata lain yang sudah penuh oleh pengunjung.
Satu jam berselang, Randul kembali dengan ngos-ngosan. Di belakangnya telah bergabung sekitar 10 orang warga yang ia mintai bantuan. Salah satu di antara kelompok warga di sana adalah seorang dukun yang sudah tahu alam metafisika di sekitar Curug Awi.
Nama dukun tersebut adalah Ki Dawuh. Boleh dibilang, Ki Dawuh adalah juru kunci di kampung sekitar Curug Awi. Warga juga sudah percaya dengan kemampuannya.
Setelah hampir dua jam melakukan "pertarungan" dengan makhluk gaib yang merasuki Daniawan, sekujur tubuh Ki Dawuh penuh dengan keringat. Daniawan pun sudah berangsur sadar meski masih tampak begitu lemas.
Mereka tak lagi berada di sekitar air terjun Curug Awi, kini Daniawan, Randul, beserta kawan-kawannya telah dievakuasi ke rumah Ki Dawuh. Ketujuh orang tersebut juga telah dimandikan oleh air mantra Ki Dawuh agar terhindar dari "serangan" susulan.
"Siapakah makhluk gaib itu, Ki? Apakah ia tak akan mengganggu kampung kita?" tutur Komar, kepala dusun yang turut membantu mengevakuasi Daniawan dan kawan-kawannya.
"Selama curug itu tak lagi dikunjungi, ia tak akan berbuat apa-apa. Jadi, ada baiknya jika kita menutup jalur menuju Curug Awi agar tak terjadi hal-hal yang tak diinginkan."
"Baiklah, Ki. Para warga juga sudah sepakat akan menutup jalurnya karena memang selalu ada kejadian tak terduga di curug tersebut."
"Memangnya, kalau boleh tahu, mengapa pocong tersebut menghuni air terjun itu, Ki?" Randul memberanikan diri untuk bertanya.
"Ia adalah korban pesugihan yang tewas 70 tahun lalu di sana. Makhluk itu tak mau memberitahukan namanya kepadaku. Namun, ia telah menceritakan semua keinginan dan masa lalunya."
"Dahulu, seorang pria bermimpi untuk menjadi kaya agar bisa melunasi semua utangnya yang sulit sekali ia lunasi. Berbagai cara ia lakukan demi mendapatkan harta."
"Mulai dari menjual rumahnya, tanah miliknya, bahkan ia juga pernah menjual anak kandungnya sendiri. Namun, semua itu tak kunjung membuat utangnya lunas."
"Lalu, salah seorang temannya menyarankan agar ia mengamalkan pesugihan agar cepat mendapatkan harta. Tanpa pikir panjang, si lelaki itu mengiyakan saran temannya."
"Setelah menemui dukun, si lelaki itu terus mengamalkan amalan yang telah disyaratkan. Namun, ada satu amalan yang belum pernah ia lakoni, yakni bertapa dan melakukan ritual khusus di depan sebuah air terjun yang kini kita kenal dengan nama Curug Awi."
"Saat sedang melakukan pertapaannya, tiba-tiba seorang wanita cantik dan rupawan berdiri di hadapannya. Entah dari mana perempuan cantik itu muncul. Namun, aku yakin, sekali kalian melihat wajahnya, kalian akan jatuh cinta."
"Jika ku perhatikan dari ciri-ciri yang disebutkan, aku bisa mengira-ngira bahwa sosok perempuan misterius adalah jelmaan dari Dewi Srinangsih, sesosok siluman ular yang menghuni sungai Sagiri. Sungai itu akan bermuara di curug ini."
"Maka dari itu, aku yakin perempuan tersebut adalah Dewi Srinangsih. Melihat paras yang begitu cantik dan menawan, si lelaki tergoda dan membatalkan pertapaannya. Ia justru berjalan mendekati sang siluman dengan endapan nafsu berahi yang sudah bergolak-golak."
"Nahas, si lelaki tak tahu jika sesosok siluman tak akan pernah menyukai manusia. Mereka justru pemangsa jiwa manusia. Bisa jadi, Dewi Srinangsih sengaja menggoda si lelaki itu agar si lelaki tersebut mau menghampirinya." JAGUARQQ SITUS DOMINO99 POKER ONLINE DAN BANDARQ ONLINE
"Lalu, kalau sudah dihampiri, Dewi Srinangsih akan memakan jiwa si lelaki. Pencurian jiwa ini bahkan bisa merenggut nyawa seseorang. Maka dari itu, aku yakin jelmaan pocong yang kalian lihat adalah pria yang dahulu dibunuh oleh siluman tersebut."
"Aku tak tahu bagaimana Dewi Srinangsih membunuh si lelaki itu. Namun, aku punya keyakinan bahwa si lelaki pelaku pesugihan itu terjerembab ke dalam sungai dan mati tenggelam setelah jiwanya dirampas oleh sang siluman."
"Karena itulah ia tewas. Dan aku yakin, alasan mengapa arwahnya terus gentayangan di sekitar curug adalah agar tak ada lagi seorangpun yang menjadi korban sang siluman seperti dirinya dahulu kala."
"Innalillahi wa inna ilaihi rajiun," jawab para warga dan teman-teman Daniawan setelah mendengar kisah tersebut.
"Ki, mengapa kita tak mengusir siluman itu dan memusnahkan pocong gentayangan itu saja?" JaguarQQ
"Silakan saja. Namun, aku tak mau ikut campur. Kalian akan sulit berlari dari godaan wajah Dewi Srinangsih. Bukannya mengusir, yang ada kalian malah akan kehilangan nyawa."

Tidak ada komentar:
Posting Komentar