
Keesokan harinya aku yang masih merasakan takut memilih untuk pindah dan tidur dikamar yang ada di bagian depan yang langsung menghadap jalan, saat itu jendela rumah simbah masih terbuat dari kayu sehingga aku tidak bisa melihat apa yang melintas dijalan, walaupun begitu bukan berarti "mereka" tidak bisa menggangguku. Karena peristiwa yang ku alami kemarin aku dan mas Edo tidur dikamar yang sama, malam itu aku tidur dikamar depan dengan mas Edo, layaknya anak kecil kami tidak langsung tidur karena liburan kami berdua begadang dan bermain nitendo dikamar dengan volume yang kami kecilkan dan dengan keadaan pintu kamar kami kunci, saat waktu menunjukan kurang lebih pukul 23:30 malam mas Edo tidur terlebih dahulu
"dek aku turu sek ya wes ngantuk aku" (dek aku tidur dulu ya aku udah ngantuk)
"iyo mas" (iya mas) jawabku,
heningnya malam mulai terasa disitu aku merasakan ketidak nyaman karena jika bukan suara manusia yang ku dengar berarti "merekalah" yang bersuara. Benar saja seperti perkiraanku saat waktu menunjukkan sekitar pukul 00:00 malam aku yang belum bisa tidur dan masih bermain nitendo tiba-tiba aku mendengar seperti ada orang yang menggesekkan kukunya ke jendela kayu kamar tempat aku dan mas Edo tidur,
"sregggggg, sreggggg",
bukan hanya sekali namun berkali-kali aku mendengarnya, saat itu aku ingin membangunkan mas Edo untuk menanyakan apa dia mendengar apa yang aku dengar, aku menggoyangkan tangan mas Edo, bandarq online
"mas tangi mas krungu suoro kuku rak mas?" (mas bangun mas denger suara kuku ngak?),
tapi sepertinya mas Edo sudah terlalu lelah sehingga saat aku menggoyangkan tangannya dia tetap tidak terbangun. Aku yang sangat ketakutan akhirnya mematikan TV dan nitendo lalu lari ke tempat tidur dan menyembunyikan mukaku dibalik guling yang ku peluk. Aku tidak bisa melihat apa yang ada dibalik jendela itu namun aku yakin itu bukan manusia karena dikampung simbah jika sudah masuk pukul 22:00 malam pasti jalanan sudah sepi dan jika itu keisengan orang rumah sepertinya lebih tidak mungkin lagi karena semua orang rumah sudah tidur bahkan mereka sudah tidur saat aku dan mas Edo masih bermain nitendo.
Malam itu aku benar-benar ketakutan bahkan untuk buang air saja aku tidak berani keluar dari kamar, selain karena suara kuku di jendela jarak kamar mandi dengan kamar tempat aku tidur juga cukup jauh. Kebiasaan simbah pasti dia akan mematikan hampir semua lampu utama saat malam dan hanya menyisakan beberapa lampu untuk tetap manyala. Aku yang tidak bisa menahan untuk buang air akhirnya memberanikan diri untuk keluar menuju ke kamar mandi. Aku keluar dari kamar seorang diri dengan meraba-raba dinding untuk menyalakan lampu sesampainya di dapur aku tidak menyalakan lampu dapur namun aku merasa seperti melihat ada seseorang yang sedang duduk di meja makan tapi aku mencoba mengacuhkannya dengan langsung lari masuk ke kamar mandi, selesai buang air aku berniat untuk masuk ke dapur dan mengambil minum lalu kembali ke kamar namun betapa kagetnya aku saat aku mendengar ada suara yang berbicara padaku,
"le rak sah toktokmen rak deloki aku, aku ngerti kowe iso delok aku" (nak ngak usah pura-pura ngak lihat aku, aku tahu kamu bisa lihat aku)
Aku yang saat itu takut sekaligus penasaran memberanikan diri untuk mendekat dan menyalakan lampu dapur, disitu aku melihat sosok pria tua dengan wajah yang cukup berwibawa memakai baju yang sangat kuno sedang duduk di kursi makan. Aku mencoba mengajaknya berkomunikasi,
"jenengan sinten mbah kok wonten mriki?" (anda siapa mbah kok ada disini?),
"aku wes suwi neng omah kene le rak sah wedi mbek suoro kuku mau de'ene rak bakal iso mlebu omah"(aku sudah lama dirumah sini nak jangan takut sama suara kuku tadi dia ngak bakal bisa masuk rumah nak)
Akhirnya aku kembali ke kamar dan benar saja suara kuku tadi sudah menghilang, pagi harinya aku tidak bercerita tentang apa yang ku alami tadi malam ke siapapun, aku langsung lari keluar untuk melihat apakah ada bekas goresan di jendela kamar tempat aku dan mas Edo tidur semalam dan ternyata sama sekali tidak ada goresan atau apapun di jendela, yang aku masih belum tahu sampai sekarang siapa kakek yang malam-malam berada di dapur itu.
Musim liburan sekolah selesai ini saatnya untuk ayah, ibu, adikku dan aku untuk kembali ke Jogja, saat itu kami melakukan perjalan pada sore hari. Selama dijalan aku tertidur di bangku depan di samping ayahku, saat aku terbangun waktu menunjukan pukul 19:00 malam karena lapar kami memutuskan untuk mampir mencari makan malam. Sesampainya kami di suatu tempat yang aku tidak tahu namanya ada sebuah tempat yang disitu berjajar banyak penjual makanan, ayahku mencari tempat untuk memarkirankan mobil terlebih dahulu lalu aku, adikku ditemani ibuku memutuskan untuk terlebih dahulu jalan-jalan dan melihat-lihat makanan apa saja yang dijual disitu, sampai tibanya di satu warung yang menurutku cukup menyeramkan,
"bu liyane wae ojo neng kene rame benget mengko rak ndang maem" (bu lainnya aja jangan disini rame banget nanti ngak makan-makan) ucapku ke ibu saat itu,
di warung yang sangat ramai pembeli dalam penglihatanku para pembeli di warung itu memiliki wajah pucat, bukan pucat sakit seperti manusia pada umumnya namun lebih menyerupai wajah pucat mayat. Seketika aku, adikku dan ibuku mengurungkan niat untuk makan disitu.
Setelah ayahku menyusul dan kami menemukan tempat makan yang cocok kami masuk bersama-sama, saat sedang duduk sambil menunggu makanan datang perhatianku tertuju pada satu meja yang terletak didekat pintu disitu ada seorang wanita paruh baya duduk dengan anak laki-lakinya, wanita ini dengan sabar menyuapi anak kecil tadi setelah selesai makan malam kamipun menuju ke kasir untuk membayar namun wanita tadi belum selesai menyuapi anaknya padahal mereka datang lebih dulu dari kami dengan makanan yang juga sudah tersaji. Ayah, ibu, adikku dan aku keluar dari tempat makan itu yang secara tidak langsung melewati wanita dan anak laki-laki tadi semakin dekat, semakin dekat mungkin karena aku terlalu fokus ke mereka aku melihat dengan cukup jelas wanita dan anak laki-laki ini megeluarkan darah dari kepala, tangan dan beberapa anggota tubuh lainnya seperti telah terjadi kecelakaan yang menimpa mereka berdua. Saat melanjutkan perjalanan untuk pulang ke Jogja aku berbincang dengan ayahku,
"yah mau pas maem deloki ibu-ibu mbek cah cilik lanang seng lunggoh cedak lawang rak?"(yah waktu makan tadi liat ibu-ibu sama anak kecil cowok yang duduk didekat pintu ngak?)
"sopo to? rak ono sopo-sopo lo wong seng maem neng kono mau ki dewe tok, emange ngopo?"(emang siapa? ngak ada siapa-siapa lo orang tadi yang makan disitu tu Cuma kita doang, emang kenapa?)
"Rak po yah tak kiro enek wong liyo"(ngak papa yah kirain tadi ada orang)
Aku yang malas bertanya lagi sesaat setelah mobil kami jalan aku memejamkan mata dan tidur. Entah sampai dimana tiba-tiba ayahku menginjak rem seketika itu juga aku terbangun, aku tidak tahu kami sampai daerah mana yang ku tahu saat itu jalanan sangat gelap karena hanya ada beberapa lampu penerangan yang jarak antara satu dengan yang lain cukup jauh, saat itu yang ku lihat hanya area kebun dan persawahan yang terdapat banyak sekali pohon-pohon yang menjulang tinggi. Ayahku yang tahu aku terbangun menyuruhku keluar dan memeriksa keadaan karena dia merasa seperti telah menabrak sesuatu (saat itu mobil kami mobil yang letak mesinnya masih dibawah kursi penumpang depan bukan dikap mobil sehingga akan sangat jelas terlihat jika ada sesuatu yang melintas)
"le miduno jal deloki ngisor mobil enek opo, ayah mau rasane kok koyo nabrak opo ngono" kata ayahku. (nak turunlah coba lihat dibawah mobil ada apa, tadi rasanya ayah kok kayak habis nabrak sesuatu)
Aku melepaskan sabuk pengamanku dan keluar dari mobil untuk memeriksa dibawah mobil, tapi saat aku intip tak ada apa-apa dibawah mobil kami,
"rak ono opo-opo yah, opo ayah ngantuk" (ngak ada apa-apa kok yah, mungkin ayah ngantuk).
Kejadian itu membuat ayahku mengurangi kecepatan mobil kami, sesaat setelah kami melanjutkan perjalanan aku yang masih kaget karena ayahku yang ngerem mendadak membuatku tidak bisa langsung memejamkan mata. Baru saja kami berjalan beberapa meter dari tempat tadi ada pemandangan yang cukup menarik perhatianku saat itu aku melihat sendiri hal yang mungkin sama seperti diliat ayahku tadi, aku melihat seolah-olah seperti ada seseorang yang berlari sangat cepat yang menyeberang dari sisi kanan ke kiri jalan padahal di kiri jalan tidak ada apa-apa hanya area persawahan dan perkebunan yang sangat luas.
Aku yang melihat hal itu langsung menurunkan kaca jendela dan melihat ke arah belakang namun anehnya tidak ada seseorang di bagain kiri jalan yang membuatku ketakutan karena tak lama setelah itu aku mendengar ada suara gamelan yang sedang dimainkan seolah-olah sedang ramai ada hajatan padahal jalan yang saat itu kami lewati kanan dan kirinya terbentang area perkebunan jati dan area persawahan yang sama sekali tidak terlihat adanya suatu perkampungan.
"Tutupo le jendelone wes bengi kok dibukak turuno meneh"(nak jendelanya tutup aja udah malem kok dibuka, tidur lagi sana), ucap ayahku JaguarQQ
aku hanya diam tanpa menjawab perkataan ayahku dan langsung menutup jendela mobil. Belum jauh kami berjalan ada pohon besar yang ada dipinggir jalan sisi kanan disitu aku melihat ada yang sedang duduk di ranting dan memainkan kakinya, aku yang makin ketakutan memaksakan untuk memejamkan mata karena aku takut melihat apa-apa yang ada disekitar jalanan yang sedang kami lewati ini.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar