
Sore itu, Razka melihat seorang wanita yang samar-samar ia lihat dari jendela, wanita itu berambut panjang serta memakai gaun putih lusuh. melihat itupun, Razka beranjak ke kamar mama dan segera memberitahu beliau, "Ma ada tamu."
"Siapa?"
"Nggak tau ma," Razka menunjuk kearah ruang tamu, "Rambutnya gimbal panjang sampe lantai, pake baju putih kotor, lagi liatin kita dari jendela-"
"Jangan buka! Mana Al-Quran kamu? ayo kita ngaji!" Perintahnya dengan tegas.
Setelahnya, Razka dan mama membaca Al-Quran dengan niat "mengusir" Sosok tersebut, walaupun tanpa mereka sadari sosok tersebut tak akan pergi sebelum dendamnya terbalaskan. BandarQ Online
Perkenalkan namaku Rania, hari ini aku ingin menceritakan sebuah pengalaman mistis yang dialami oleh keluargaku, yaitu di terror oleh kuntilanak buntung.
Beberapa hari sebelum semua tragedi itu terjadi, Ayahku pulang dengan baju yang basah kuyup. Wajar saja, kala itu cuaca sedang tidak bersahabat, hujan yang turun sangatlah deras sehingga membuat susana malam dingin dan berkabut.
Tanpa saling sapa menyapa, ayahku langsung menyuruhku untuk langsung tidur dan tidak perlu menghiraukan dirinya.
Karena malas bertanya, aku langsung saja menyampaikan perintah papa kepada mama dan Razka. Kami bertiga pun terlelap tanpa bertanya apa yang terjadi dengan papa.
Keesokan harinya, aku menjalani hariku seperti biasa. Menyantap sarapan, pergi bersekolah, lalu kembali pulang. Walaupun begitu, setibanya aku di rumah Razka memberitahu hal yang sangat mengejutkan.
"Kak, mama bilang mulai sekarang banyak-banyak ngaji,di rumah kita ada kuntilanak buntung."
Awalnya aku mengira, mama memberitahu hal itu agar diriku merasa takut dan akhirnya menjadi anak yang rajin mengaji. Awalnya aku tidak mempercayainya, sampai terror dari sosok tersebut, mengancam nyawa keluargaku.
- Pertemuan pertama -
"Ma hari ini makannya apa?" Tanyaku sambil menuruni anak tangga.
Entah mengapa, pagi itu atmosfer rumah begitu berbeda. Alih-alih sejuk, udara rumah terasa pengap, keadaanpun begitu sunyi, padahal biasanya mama sudah terbangun lebih dulu untuk menyiapkan sarapan.
Tak, Tiba-tiba saja lampu dapur menyala. "Mama udah bangun? Aku kira belom," Ucapku yang lalu pergi untuk menyalakan lampu lain terlebih dahulu.
Walaupun lampu dapur sudah menyala, entah mengapa aku merasakan hawa aneh yang berasal dari dapur. Semakin diriku mendekat kearah dapur, firasatku semakin buruk seolah-olah ada sesuatu yang tidak beres di dalam sana. JAGUARQQ SITUS DOMINO99 POKER ONLINE DAN BANDARQ ONLINE
Sempat terlintas pikiran di benakku, bahwa lampu dapur menyala dengan sendirinya. Namun, aku mencoba menghilangkan pikiran negatif itu dan pergi memasuki dapur dengan santai. Setibanya diriku disana, langkahku terhenti saat melihat sosok dengan rambut yang sangat gimbal nan kusut. Bajunya pun sangat lusuh, seperti terkena lumpur.
"AAAAAA," Aku berlari sekencang mungkin setelah sosok itu menampakan wajahnya yang berlumuran darah. Tanpa berpikir panjang, aku langsung saja menerobos kamar mama.
"MA! MAMA ADA KUNTILANAK!" Diriku menjerit-jerit teriakanku begitu keras sampai membangunkan Razka dan papa.
Penampakan sosok tersebut begitu seram sampai membuatku terkena demam tinggi selama seharian.
***
Keesokan harinya, diriku sudah sembuh dari demam namun mama tidak mengizinkanku untuk pergi bersekolah karena masih khawatir dengan keadaanku. Walaupun begitu, aku tetap diperintahkan untuk membersihkan rumah. Seperti menyapu dan mengepel karena mama sedang berada di luar rumah.
Hariku berjalan dengan normal, sampai tiba-tiba aku mendengar suara benturan keras dari luar kamar.
Setelah keluar dari kamar, keadaan malah menjadi hening dan sunyi. Namun diriku langsung dikejutkan oleh tubuh Razka yang tergeletak lemah di ujung tangga.
"RAZKA! RAZKA KAMU KENAPA?" Tanyaku.
Tidak mendapat balasan, diriku panik dan langsung berlari menuju kamar untuk menelpon mama. Namun, belum saja memasuki pintu kamar, rumah sudah menjadi gelap gulita karena listrik rumah yang padam secara tiba-tiba.
"Aduh kok mati lampu sih?" Diriku berdecak sebal. Berjalan dalam keadaan gelap, tentu saja membuatku sangat frustasi, di tambah lagi aku tidak mempunyai penerangan apa apa di sekitarku. untung saja posisiku berada tidak jauh dari kamar, karena itulah aku berhasil masuk walau masih dalam keadaan gelap gulita.
Sesampainya diriku di kamar, aku langsung meraba-raba kasur sampai akhirnya mendapatkan hpku. Selain untuk menelpon mama, tentu saja hpku akan digunakan sebagai penerangan berhubungan aku sendiri tidak tahu dimana senterku berada. Setelah menyalakan flash ponselku entah mengapa aku merasakan hawa yang tidak mengenakkan dari belakang, jelas jelas ngerasa ga enak tapi masih aja noleh. JaguarQQ
Saat diriku mengarahkan flash kearah kaca, diriku di kejutkan oleh penampakan seorang wanita berwajah hancur yang terlihat di kaca, Saat wanita itu tersenyum, kulit mulutnya ikut robek dan mengeluarkan banyak darah. Matanya yang berwarna merah dan rambutnya gimbal besar. Namun, ia tidak mempunyai kedua tangannya (buntung)
"MA!" Diriku reflek melemparkan handphone ke kaca. Untung saja tidak pecah, dan sedetik setelahnya, Ding dong, suara bell rumah berbunyi di ikuti oleh listrik rumah yang kembali menyala.
"MAMA, RAZKA JATOH MA!" Teriakku sesampainya mama di ruang tamu. Mama yang mendengar itupun tentu saja panik dan langsung menghampiri Razka yang sudah tak sadarkan diri. Dan keesokan harinya, Razka mengalami patah tulang pada tangannya.
Tragedi terjatuh dari tangga, tidak hanya terjadi sekali dua kali, semenjak Razka terjatuh, baik mama maupun diriku, kami berdua selalu saja terpleset di tangga, padahal tangga tersebut tidak licin. Karena kami terus saja terpleset, mama merasa bahwa tangga tersebut memang tidak licin. Kami semua, bukan terjatuh karena tangga licin, atau keseimbangan kami yang kurang, kami terjatuh karena di dorong oleh sosok mahluk halus.
Dua hari kemudian, mama, aku dan Razka menempuh perjalanan ke rumah sakit untuk mengecek keadaan tangan Razka saat itu. Kami berangkat pada malam hari, pada malam jumat. Aku dan Razka hanya mengamati pemandangan selama perjalanan, sementara mama fokus menyetir.
Awalnya, perjalanan kami berjalan dengan lancar, sampai kami mulai memasuki jalanan sepi yang hanya di kelilingi kebon. Karena jarang di lalui orang, jalanan tersebut sangatlah gelap sampai mama harus menyalakan lampu jarak jauh agar bisa melihat lebih jelas.
"Ma kita masih lama?" Tanyaku.
"Nggak nak, bentar lagi juga sampe."
Baru saja ingin menanyakan pertanyaan selanjutnya, mama tiba-tiba mengerem mendadak dan nyaris menabrak pohon.
"ASTAGFIRULLAH!" Ucap Razka dan aku secara serentak.
"MA KENAPA MA?" Tanya Razka panik.
Mama lalu mematikan mobil dengan nafas yang tersengal-sengal.
"Astagfirullah Haladzim, tadi mama nabrak orang ga?" Tanya mama yang terlihat sangat panik.
"Nabrak siapa ma? Nggak ada siapa-siapa di jalan," Jawab Razka santai.
"Mama kenapa? Mama capek ya? Kalo capek udah berenti disini aja dulu sebentar, tadi gaada orang kok," Lanjut diriku mencoba menenangkan mama.
"Tadi ada cewe lagi nyebrang ke jalan. Pas mama mau lewatin, dia malah berenti di tengah jalan sampe mama kaget," Jelas mama.
"Nggak ada siapa-siapa ma, itu pasti cuma halu. Masih untung mama ga nabrak pohon," Balas Razka.
"Iya kayaknya tadi mama cuma halusinasi aja, yaudah sekarang kalian pake seatbelt ya jaga jaga kalo mama rem mendadak lagi." Dan alhamdulillah, kami semua sampai dengan selamat dengan membawa kabar baik bahwa tangan Razka sudah membaik. Kala itu, kami sampai tepat pada pukul jam 9 malam. Sebenarnya, sepulangnya aku di rumah, aku sempat melihat bayangan seorang wanita yang mengamatiku dari lantai atas. Namun karena sudah malam, aku mengira bahwa apa yang ku lihat hanyalah imajinasi yang terbentuk karena kelelahan. Walaupun sebenarnya, sosok wanita itu nyata dan mencoba untuk membunuh semua yang ada di rumah.
***
Beberapa hari kemudian, terjadi suatu tragedi yang mungkin tidak akan bisa di lupakan oleh aku dan Razka. Malam itu, kami berdua sedang menikmati cereal sambil menonton. Awalnya, semua terlihat normal, sampai tiba-tiba TV mati dengan sendirinya.
"Lah kok mati?" Tanya Razka kebingungan
Aku mengedikkan bahu, menandakan bahwa aku sendiri tidak tahu.
"Mana remotnya?"
"Lah gatau, tadi kamu taro dimana?" Aku malah bertanya balik, "Bukannya tadi kamu taro di meja?"
"Iya emang tadi aku taro disini, kok sekarang gaada?"
"Mana aku tau, coba kamu cari di bawah kolong kali."
Razka langsung menuruti perintahku dan melihat ke bawah kolong, alih-alih menemukan remot ia malah menemukan pulpennya yang hilang dua Hari yang lalu. Karana tak kunjung menemukannya, kami berdua mencoba mencari di sekitar ruang keluarga namun tidak ketemu juga. Sampai akhirnya, Tok tok tok, kami berdua mendengar suara ketukan dari dalam gudang menatap satu sama lain dengan penuh rasa takut.
"Kamu denger Razka?" ,,,, Razka mengangguk
Tok tok tok, suara ketukan itu terdengar lagi. Masih di dalam tempat yang sama, yaitu dari dalam gudang. "Razka, Kakak," Mama memanggil dari dalam gudang. Mendengar panggilan mama dari dalam gudang tentu membuat kami terkejut. Karena untuk apa mama masuk ke gudang malam hari begini?
"Kenapa ma?" Tanyaku dari luar. Saat itu, diriku sangat ketakutan sampai tidak berani mendekati gudang.
Tok tok tok, ketukan itu semakin mengeras.
"Ma, mama kenapa?" Tanya Razka terbata-bata.
"Sini nak," Suara itu terdengar lagi, namun kali ini suaranya berubah menjadi sedikit serak, menyadari bahwa suara tersebut berbeda dari mama, diriku langsung memundurkan langkah secara perlahan. Hanya untuk berjaga-jaga jika akan ada sesuatu yang terjadi beberapa detik kemudian. Dan dugaanku benar, sedetik setelah itu,
"HIHIHI," kami berdua mendengar suara tawa kuntilanak yang bergema ke seluruh ruangan. Merasa takut, kamipun langsung berlari secara bersamaan untuk masuk ke dalam kamar.
"KUNCI PINTUNYA KAK KUNCI!" Razka menjerit-jerit.
"SEBENTAR INI SUSAH DI KUNCI!!" Omel diriku.
Dag dag dag! Tiba-tiba saja pintu kami di gebrak oleh seseorang dari luar.
"CEPET KAK!! KUNCI!!" Razka semakin panik.
***
"Dari kemaren aku sama kakak liat kuntilanak, berdarah darah mukanya. Dan tiap mimpi, pasti mimpinya ada cewe ngomong 'Kembalikan tangan saya, kembalikan tangan saya', di deket jurang" Razka menjelaskan.
Tidak mempercayainya, ayah memasang wajah masam setelah Razka memberitahu hal itu, "kamu halu doang itu! makanya kalo mau tidur tuh baca doa biar mimpinya ga aneh aneh!"
"Dengerin dulu yah," Tegur mama,
"Kalo kakak, liatnya apa?" Lanjutnya bertanya
"Sama kayak Razka, ada kuntilanak mukanya ancur banget, tangannya gaada tapi bedanya aku nggak mimpi gitu."
"Tuhkan udah dibilang Razka tuh ga baca doa kalo tidur!" Bukannya mencoba membuatnya tenang, ayah malah mengomeli Razka yang akhirnya
Kembali di tegur oleh mama
"Yaudah besok kita panggil ustad aja biar tau juga kenapa dia mau nyelakain kita-"
"Gausah ma! Ini mah di ngajiin juga ilang" Potong ayah.
"Ya mama sama yang lain tiap hari ngaji yah, tapi buktinya terornya tambah parah sampe nyelakain Razka, ayah mau Razka patah tulang lagi cuma gara gara itu?" Bentak mama.
Memiliki pendapat yang berbeda membuat keduanya bertengkar sampai lupa bahwa Razka dan Rania sedang berada di hadapan mereka. Tidak ingin Razka dan Rania merasa takut, mama terpaksa mengalah karena sifat ayahnya yang keras kepala.
"Yaudah kalo itu mau ayah, pokoknya mama ga bakal tanggung jawab kalo ayah yang kenapa napa."
Mama lalu mengajak Razka dan Rania kembali ke kamar masing-masing, meninggalkan ayah dengan sifat keras kepalanya sendirian di dalam ruang tamu. Pertengkaran pada malam itupun berakhir dan tanpa mereka sadari, pertengkaran mereka tidak membuat masalah reda, justru pertengkaran mereka membuat sosok kuntilanak itu tambah senang akan kehancuran hubungan mereka.
Keesokan harinya, mama mengundang seorang ustad secara diam-diam dan penjelasan beliau, membuat kami sangat terkejut.
"Kuntilanak ini, adalah korban tabrak lari suami bunda. Suaminya bunda ini, takut di penjara karena nabrak orang, jadi jasad perempuan ini di seret sampai di jatohin ke jurang. Padahal, habis di tabrak, perempuan itu masih hidup."
"Astagfirullah Haladzim," Mata mama langsung berair setelah mendengar kabar tersebut,
"Terus kenapa perempuan ini malah nyelakain kita yang di rumah ustad?" Lanjut mama bertanya.
"Untuk balas dendam, karena tidak terima kehilangan kedua tangannya akibat suami bunda yang kurang bertanggung jawab."
Kakiku langsung melemas saat mendengar penjelasan pak ustad. Begitu pula dengan Razka, dirinya tidak berkata sepatah katapun setelah mengetahui bahwa ayah kami berdua menabrak seseorang tanpa bertanggung jawab.
"Terus ini kita gimana ustad?" Mama bertanya.
Baru saja beliau hendak menjawab pertanyaan mama, tiba-tiba satu per satu gelas yang berisi teh terjatuh ke lantai.
"Astagfirullah ini kenapa ustad?"
"Gapapa, saya saja yang urusi."
Beliau berkata, bahwa kuntilanak itu harus cepat-cepat di pindahkan sebelum merengut salah satu nyawa dari kami. Namun, semua itu terlambat. Keesokan paginya, sebuah berita yang tidak ingin kami dengar sampai ke telinga mama.
"Nak," Mama menangis sampai terisak-isak, "Ayah meninggal, jatuh ke jurang. Yang tersisa cuma tangannya, badan sampai kepala nggak di temukan."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar