
Sudah selama ini agus tidak bekerja. Dirinya baru saja diberhentikan dari tempat pekerjaannya, lantaran toko bangunan yang menjadi tempat mengaisnya rupiah lama ini mengalami penurunan jumlah pembeli. Akhirnya, mau tidak mau pak cik selaku pemilik toko bangunan harus memangkas beberapa pekerja yang mana salah satunya adalah agus.
Dikeheningan pagi itu, tiba-tiba dia melihat pak sumain berjalan didepan rumahnya. Tidak ada yang berani menyapanya dikampung lantaran pak sumain terkenal sebagai orang yang menyeramkan. Entah, apa yang sedang berada didalam pikiran pak sumain saat itu. Dirinya dikenal sebagai orang yang pendiam dan memiliki tatapan tajam kepada siapapun yang berani menatapnya. BandarQ Online
Tiba-tiba terdengar suara sapaan dari pak sumain. “Nyapo kok isuk² plonga-plongo ? Sumpek rupane.” Tanyanya dengan tertawa. (Menyapa kok pagi2 bingung ? Stress rupanya)
Agus yang setengah takut dan heran hanya bisa tersenyum berat kepada pak sumain. “Mboten pak, sangking meneng teng njobo. Kale ngenakno awak. Nggeh bingung pisan seh, soale mpun mandek kerjo.” Ucapnya. (Tidak pak, hanya diam di luar. Sama mengenakkan badan. Iyaa bingung juga sih, soalnya sudah berhenti bekerja.) agus hanya tersenyum dan menatap pak sumain yang tiba² terdiam.
Akhirnya, setelah pak sumain menatapnya tanpa sebab, akhirnya beliau tiba-tiba mengajak agus untuk bekerja dengannya. Agus tidak berpikir panjang. Pak sumain tidak main-main untuk memberikan upah kerja yang agus sendiri belum paham pekerjaan model apa yang akan dia lakukan disana. Agus bisa memulai kerja besok pagi. Dia disuruh untuk sepagi mungkin ke rumah pak sumain. Karena bayaran yang diberikan tidak nanggung-nanggung agus mau saja berkerja apapun, meskipun itu berat terpenting didalam dirinya adalah anak dan istrinya tidak boleh lapar.
Dia heran, pak sumain tidak menyuruhnya apa-apa selain kerumahnya membawa sebuah cangkul. Ah, mungkin dirinya disuruh mencangkul ladang atau disuruh membersikah suket (rumput) kebunnya. Pak sumain terkenal memiliki kebun yang luas dan letaknya dimana-mana. Namun, rumor menyebutkan bahwa pak sumain bermain curang.
Dikatakan bahwa, pak sumain memiliki kebun yang banyak lantaran beliau memiliki ilmu santet yang cukup kuat sehingga bisa dengan mudah menyantet pemilik tanah yang menjadi incarannya. Tak hanya itu, dirinya juga membeli murah harga tanah itu kepada si pemilik. Entah, mengapa semua itu terjadi. Pernah suatu ketika pak sumain mengincar kebon jeruk milik pak jaimo. Kebunnya memang sangat luas dan dikatakan pak jaimo adalah saingan dari pak sumain. Kebon jeruk milik pak jaimo saat itu pernah dibeli oleh pak sumain. Namun, beliau menolak dan memilih untuk menjualnya kepada orang lain. Setelah kejadian itu, pak jaimo jatuh sakit dan kakinya lumpuh. Hingga beberapa bulan sakit parah, pak jaimo meninggal dunia. Sejak saat itu, kebon milik pak jaimo tidak bisa menghasilkan panen yang bagus dan juga orang yang memetik buah jeruk disana akan jatuh sakit juga.
Entahlah, agus hanya mendengar kabar itu dari mulut ke mulut dan tidak menyaksikan sendiri apakah benar hal itu terjadi karena ulah pak sumain. Tiba-tiba pak sumain keluar dari sebuah kamar yang berada di pojok belakang. Dengan pakaian hitam rapi dan memakai blangkon dikepala. Pak sumain membawa sesuatu didalam kantong plastik. Entah apa isinya, pak sumain hanya komat kamit tidak jelas. Agus yang menunggunya diruang tamu hanya bisa melihat dengan keheranan tingkap pak sumain yang aneh. Tiba-tiba beliau menari seperti menari layaknya menari janger. Beliau berkelak kelok dan memancarkan aura kepuasan pada wajahnya. Kemudian setelah menari, dirinya berhenti didepan sebuah meja dan menyalakan dupa. Karena dupa yang dinyalakan begitu banyak hingga asap mengepul kemana-mana, agus batuk tak berhenti dan masih belum mengerti apa yang dilakukan pak sumain dengan benda itu. Karena asap mengepul sangat banyak dan menutupi pandangan agus kala itu.
Agus hanya bisa menarik leher bajunya untuk menutupi hidung agar asap tak banyak dia hirup. Namun, saat asap sedikit demi sedikit hilang. Tiba-tiba pandangan agus mulai tertuju kepada sosok yang berada disebelah pak sumain. Seakan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Bukannya selesai, agus merasa dirinya sedang berada didalam sebuat tempat yang berbeda. Kemunculan sosok itu dibarengi dengan tawa lebar pak sumain kearah agus. Ingin rasanya saat itu dia kabur dari tempat itu, tetapi agus melihat anak dan istrinya terjerat tali dan dijaga oleh sosok menyeramkan itu yang tak lain adalah kedua sosok pocongan.
Pak sumain mendekati agus yang saat itu nampak terlihat lesu dan pucat karena terkejut dengan apa yang dia saksikan saat itu. Pak sumain mendekat kearah wajah agus. “uripmu wes nok ngisor kendaliku. Sakdurunge awakmu iso ngemban tugas soko awakku. Sukmo bojo lan anakmu dadi taruhane.” Ucap pak sumain. (Hidupmu sudah dibawah kendaliku. Sebelum kamu bisa mengemban tugas dariku. Sukma istri dan anakmu menjadi taruhannya.)
Mendengar hal itu agus kemudian tersadar, bahwa dirinya sedang berada pada dua pilihan. Jika dia memaksakan diri untuk keluar dan tidak mengikuti perintah pak sumain maka anak istrinya sedang dalam bahaya. Kemudian jika dirinya mengikuti perintah pak sumain, agus hanya tidak ingin jika sesuatu besar terjadi dan membuatnya menanggung dosa seumur hidup. Dia pun berat menimbang pilihan itu. Masih belum mengerti tugas yang akan dilakukan agus saat itu. Dia masih menunggu kejelasan dari pak sumain. Saat itu pak sumain memberikan bungkusan itu kepada agus. Seperti sebuah botol namun agus tidak mengerti apa isinya. Entah, tiba-tiba agus mencium bau anyir dan busuk yang menjadi satu. Dirinya kebingungan apa isi dari bungkusan itu mengapa bau sekali. Namun, pak sumain tidak membolehkan agus untuk membuka bungkusan itu sebelum tiba ditempatnya. JAGUARQQ SITUS DOMINO99 POKER ONLINE DAN BANDARQ ONLINE
“Nyango kulon kali. Pendem iki nok alas jaten kono. Ojo ngetokno suaro. Cekelen karo tanganmu tur pendemen nok njero lemah. Sakmarine dipendem, banyu soko bungkusan iki gambyor nok ndukure.” Jelas pak sumain. (Pergilah ke barat sungai. Kubur ini di hutan jati disana. Jangan mengeluarkan suara. Pegang dengan tanganmu dan kubur didalam tanah. Selesai dikubur, air dari bungkusan ini disiram di atasnya.) Agus hanya terheran-heran, ternyata tugas yang diberikan pak sumain hanya untuk mengubur benda itu. Karena dirasa tidak terlalu berat, maka agus menyanggupinya.
Berangkatlah agus saat itu ke tempat yang pak sumain katakan. Dengan berjalan dan menompang cangkul dipundaknya, agus semakin penasaran apa isi dari bungkusan ini. Sepertinya terdapat sesuatu didalam benda kaca tersebut. Karena penasaran tak bisa ia hentikan, agus mempercepat jalan kakinya. Hingga dia sampai ditempat yang dikatakan itu. Hutan jati yang sepi sekali. Memang sesikit jauh dari kampung dan memang tidak terlihat siapapun yg berada disana. Anjuran dari pak sumain tadi segera dia laksanakan. Dia sesegera mencari lokasi yang pas untuk mengubur benda tersebut
Akhirnya, setelah menemuka tempat yang cocok. Agus sesegera mungkin menggali tanah dan membuka isi bungkusan itu. Namun, apa yang terjadi ? Agus meloncat karena terkejut sejadi-jadinya. Manakala dia melihat sebuah wajah bayi kecil yang organnya lumayan hancur sedang mengambang keatas. Agus bernafas kembang kempis dan tidak bisa mengatur pikirannya saat itu. Antara bingung takut dan gemetar yang tak kunjung surut dari tangannya.
Apa pak sumain telah berbuat yang tidak pantas. Berselingkuh ? Hingga menyuruh wanita itu mengaborsi bayi didalam kandungannya ? Agus hanya tertunduk bingung menyaksikan apa yang berada didepannya. Karena perasaan takut menyelimuti dirinya, tanpa pikir panjang agus memberanikan diri mengubur dan menyelesaikan tugas yang diamanahi oleh pak sumain. Setelah itu dia bergegas ke sungai. Di sungai, agus membersihkan kedua tangan dan kakinya. Dia juga mandi sebentar agar bau yang lengket hilang. Dia membasuh wajahnya dan memikirkan apa yang terjadi. Dia tidak habis pikir, mengapa pak sumain menyuruhnya mengubur bayi itu disana. Pikirannya semakin tidak karuan, dia kemudian memutuskan berendam dan menenggelamkan seluruh tubuhnya ke dalam air sungai.
Dia berharap, keanehan itu dibawa oleh air dan segera hilang dari pikirannya. Setelah melakukan semua itu, agus kembali kerumah pak sumain. Memberitahunya bahwa semuanya sudah dia lakukan. Setelah itu, pak sumain mengeluarkan amplop dari dalam lokernya dan memberikannya kepada agus. Agus heran, apa yang ada didalam amplop itu, ternyata tak lain ada uang uang nominalnya cukup banyak. Karena melihat uang sebanyak itu, agus segera mencium tangan pak sumain dan mengucapkan terimakasih. Kemudian pamit pulang.
Dirumah istri dan anaknya senang sekali, istrinya maimunah karena mendapat rejeki yang tak terbayangkan. Dia sampai membeli beras sebanyak 3 karung dan dibagikan kepada tetangganya dan siapapun yang tidak mampu. Hal itu dia lakukan sebagai wujud bersyukur karena Allah telah memberi keluarganya rejeki yang berlebih. Namun, dalam tatapan agus kepada istrinya yang tertawa senang. Dia sedang merenungi sesuatu. Dia masih belum bisa membuang kejadian yang dia alami tadi di alas jati. Benar-benar dibuat bingung oleh keadaan itu. Tiba-tiba saat agus menatapi istrinya yang sedang bagi-bagi beras. JaguarQQ
Tiba-tiba pak tar, tetangganya mutah-mutah dan kakinya kaku seketika. Padahal agus masih melihatnya sedang bercangkul dipinggir rumahnya. Agus berlari dan melihat apa yang terjadi dengan pak tar, alangkah terkejutnya melihat pak tar muntah darah yang disertai belatung yang keluar dari mulutnya. Semua perempuan menjerit yang melihatnya. Agus gemetar dan tidak percaya dengan apa yang terjadi oleh pak tar saat itu.
Wajah dan tubuhnya menghitam dan kaku, serta mata yang berjalan melingkar ke segala penjuru arah terjadi pada mata pak tar. Agus dan tetangganya yang berada disana membantu membopong pak tar ke dalam rumah. Namun, belum beberapa menit pak tar tak bernyawa. Dadanya tidak kembang kempis. Agus menyaksikan sendiri, tetangganya mati mendadak dengan kondisi yang aneh. Istri agus mulai merasa aneh dengan tingkah laku suaminya. Sejak kematian pak tar yang misterius. Terkadang agus berbicara sendiri didalam kamar. Maimunah sempat mendengar bahwa pak tar meninggal seperti itu lantaran dirinya sempat beradu mulut soal kepemilikan kebun jati di barat sungai. Istrinya mulai curiga dengan agus. Karena dirinya sering menjumpai suaminya ke rumah pak sumain.
Kemaren lusa, dirinya melihat agus sedang berbicara dengan seseorang dari dalam kamarnya. Maimunah semakin heran karena tidak ada siapapun didalam rumah selain dirinya, agus dan anaknya. Penasaran, akhirnya diapun mengintip dan melihat dengan siapakah suaminya berbicara. Alangkah terkejutnya, saat melihat suaminya bukan berbicara dengan manusia melainkan dua pocong yang berdiri didepan agus dan berlumuran darah. Karena terkejut dan takut mengeluarkan suara, maimunah menutup mulut dengan tangannya. Dirinya memilih menahan jeritannya dan bersuara dalam hati. Saat hendak melihat agus kembali, alanglah terkejutnya maimunah, kedua pocong tersebut mengintip dan memperlihatkan sebelah mata mereka masing-masing.
Hingga, keesokan harinya. Agus berpamitan kerumah pak sumain. Istrinya hanya mengangguk dan memperlihatkan senyum walau terpaksa. Maimunah berniat untuk mengikuti agus dan ingin melihat apa yang dilakukan suaminya. Sejak suaminya bekerja dengan pak sumain, banyak warga yang tiba-tiba sakit dan meninggal dunia. Kecurigaan itu muncul sudah lama, sejak pak tar meninggal. Namun, maimunah lebih memilih untuk menahannya. Menunggu waktu yang pas untuk mencari jawaban semua ini. Saat itu, dia mencoba mengintip dari jendela rumah pak sumain, tercengang dgn yang dia lihat dari dalam rumah. Suaminya dan pak sumain sedang menari tidak jelas dan masing² membawa dupa ditangannya. Semakin tidak mengerti dengan semua ini, maimunah tetap memperhatikan sampai selesai. Hingga suaminya keluar, maimunah berlari untuk menjauh dan sembunyi. Kemudian dia membututi suaminya.
Saat membuntuti, dirinya heran mengapa agus berjalan kearah kebun dan membawa sebuah bungkusan aneh ditangannya. Namun, masih belum puas dengan yang dilihatnya. Maimunah membuntuti agus sampai selesai. Disaat suaminya sudah pergi, maimunah mendekati tempat agus mengubur sesuatu. Akhirnya, dia mengambil sebatang kayu dan menggali pelan tanah itu. Lama sekali dia menggali karena dia hanya mengandalkan sebatang kayu. Hingga akhirnya, dia melihat bulatan daging dari dalam tanah dan juga ari-ari yang setengah hancur terbalut tanah itu. Maimunah semakin takut dan tangannya mulai gemetar. Dia mencoba memegang dan membalik bulatan itu dengan kayu yang dia pakai untuk menggali, bukan guyonan lagi. Itu adalah sesosok bayi. Bayi bajang, bayi yang mati sebelum masa kelahiran dan dipakai untuk ritual kotor oleh pak sumain selama ini.
Maimunah segera mengangkatnya dan menutupnya dengan krudung yang dia pakai saat itu. Maimunah memindah dan menguburnya dikuburan umum. Setelah itu, maimunah kembali kerumah. Dari dalam terdengar suara agus yang menjerit-jerit kemudan tertawa.
“Haaaaaa.... Haaaa..... Sesek dodokuuu (sesak dadaku) !!!” teriak agus saat itu.
Kemudian agus tertawa kencang tak beraturan. Dia menari-nari seperti orang yang sedang kesurupan. Maimunah kemudian berlari dan memegang tangan agus. Tetangga mendengar hal itu dan mendekat ke rumah agus. Karena agus semakin aneh dan marah-marah tidak jelas. Sebagian warga yang membantu maimunah saat itu mengikat agus dengan tali dikursi. Kondisi agus sudah tak terkendali. dia tertawaaa terbahak-bahak dan berkata “Aku luweee, aku luweeee (Aku lapar)” tetangga menyangka bahwa agus kesambet atau kesurupan lantaran tingkahnya sudah aneh dan diluar kendali. Akhirnya, Salah satu diantara tetangganya memanggil orang pintar yang tinggal diujung desa selatan. Pak romo namanya, pak romo melihat agus dengan tatapan yang tajam dan curiga. Dia menggelengkan kepala dan mendekat ke arah agus. “Rahayu... Rahayu... Rahayu...” ucap pak romo.
Agus yang tertawa dari tadi kemudian melotot dan melihat tajam ke arah pak romo. “Sopo koen !!! (siapa kamu)” ucap agus.
Pak romo berjalan memutari agus saat itu dan memutar tasbihnya di jari telunjuk. Setelah itu agus berteriak kesakitan.
“Manungsooo laknaaaatttt, aku mrene mung kate njupuk janji seng digawe menungso² iki !!! (Manusia laknat, aku kesini hanya mau mengambil janji yang dibuat oleh manusia² ini !!).
Kemudian agus semakin aneh dan tubuhnya bergetar hebat. Kulitnya berubah menjadi putih pucat dan mulutnya mengeluarkan cairan berbau anyir serat belatung yang bergerak pelan keluar dari bibirnya. Dengan lantangnya dia tertawa dan mendangakkan kepalanya sampai menyentuh punggungnya. Setelah itu, wajah agu berubah.. Dia tertawa terus tanpa henti dan melotot kearah orang-orang yang memperhatikannya. Kemudian dia mengeram dan menganga. Saat itulah, tiba tiba dari bawah kursinya keluar sesosok wanita yang merangkak keluar dari belakang kursi dan merangkak ke arah depan agus. Wanita itu tak terlihat wajahnya. Orang-orang sudah ketakutan dan tidak berani melihat dari dekat. Pak romo tetap memperhatikan apa yang sedang terjadi didepannya. Agus tetap tertawa tanpa henti. Sosok wanita itu adalah kuntilanak.
Kuntilanak itu kemudian berdiri dan melayang di depan agus. Saat itu tawa agus semakin nyaring dan membuat sakit kuping yang mendengarnya. Sosok kuntilanak itu kemudian mengeluarkan cairan dari lubang kemaluannya. Cairan berwarna merah itu adalah darah. Darah yang berbau bangkai mengucur deras melewati kaki pucatnya. Tiba-tiba kuntilanak itu membungkuk dan tangannya mengambil sesuatu dari kemaluannya. Teriakan dari istri agus, maimunah tak kuasa untuk ditahan. Dia menjerit ketakutan dimana dia menyaksikan sendiri bahwa sosok wanita tersebut mengambil segumpal daging yang mana itu adalah bayi. Kuntilanak itu kemudian menancapkan paku ketubuh bayi bajang tersebut dan keluar asap mengepul dari daging berupa bayi itu. Asap itu kemudian menyelimuti bajang tersebut hingga akhirnya. Bayi yang berlumuran darah tersebut berubah menjadi pocongan yang melayang. Pak romo tak tinggal diam, dia kemudian mengambil air yang sudah disiapkan ketika hendak pergi ke rumah agus.
Air lerih yang dicampuri bermacam bunga dan garam kasar. Pak romo segera melempar air tersebut kearah kuntilanak dan pocong yang melayang didepannya. Setelah itu dia membaca bacaan penutup agar agus sadar kembali. Akhirnya, agus saat itu sadar dan dirinya meminta maaf kepada semua orang disana karena telah menuruti permintaan pak sumain selama ini. Kemudian haripun berlalu. Agus dan maimunah memutuskan untuk pindah dari desa itu. Dirinya memilih untuk merantau karena keadaan masyarakat disana sudah memandang lain kepada agus dan maimunah. Seminggu setelah kejadian tersebut, pak sumain ditemukan mati gantung diri dipekarangan rumahnya. Jasadnya ditemukan oleh tetangga dalam kondisi yang sudah membusuk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar