
"Ma, kenapa sih kita harus kerumah nenek? Ngeri tau." Protes gue ke nyokap yang ngajak gue nginep dirumah nenek beberapa hari.
"Sst, gak boleh ngomong gitu. Nenek kan lagi sakit, jadi kita harus jagain nenek."
Gue sih gak benci sama nenek, tapi gue takut sama aura rumah tua ini. Semua barangnya kuno, ditambah lagi desain klasik yang menambah kengerian.
"Mbok, ibu dimana?" tanya nyokap ke mbok Surti yang sudah lama bekerja disini, dia hampir sama tuanya dengan nenek. bandarq online
"Ada non, di kamar baru selesai sarapan."
"Makasih ya mbok, kalau begitu kami kekamar dulu ya."
"Iya, non."
Kamar nenek ada dilantai dua. Kami pun harus menaiki anak tangga yang terbuat dari kayu yang apabila diinjak mengeluarkan suara deritan.
Tok Tok Tok
"Bu, ini aku Nila," panggil nyokap ketika sampai di depan kamar nenek.
Disamping kamarnya terdapat sebuah lukisan besar. Lukisan seorang perempuan berpakaian adat sambil memainkan sulingnya. Sungguh aneh menurut gue.
"Nila? Masuk nak."
Mendengar jawaban nenek, nyokap segera masuk ke kamar, "Din, ayo masuk."
"Iya ma," gue mengekor nyokap masuk kekamar namun mata gue masih tertuju ke lukisan itu.
Tepat sebelum gue masuk ke kamar, gue melihat jika mata perempuan itu bergerak melihat gue.
Glek!
Lu-lukisannya hidup?!
"Ma .. luk—",
"Din salam sama nenek," perintah nyokap memotong perkataan gue. Yaudahlah gue bisa cerita itu nanti, bisa aja gue cuma halusinasi.
Gue mencium tangan nenek, ia pun tersenyum sambil mengusap-usap pucuk kepala gue.
"Udah besar kamu Dini .. cantik kayak ibumu."
"Makasih nek."
Sementara nyokap sama nenek berbincang-bincang gue lebih memilih untuk menjelajah kamar yang cukup besar ini.
Mata gue tertuju pada suling yang dipajang disudut kamar. Gue ingat banget kakek sering memainkan suling itu.
Bahkan kakek ditemukan meninggal sambil memegang suling.
Gue ingin mencoba gimana rasanya memainkan suling itu, karena seumur-umur kami cucu nenek tidak pernah dibolehkan memainkannya dengan alasan kami anak kecil.
Alunan suling itu terdengar sangat merdu
"Dini! Berhenti!!" teriak nenek, gue pun refleks berhenti meniup suling itu
"Maaf nek .."
"Sudah berapa kali dibilang, kalian gak boleh mainkan suling itu!"
"Tapi kan nek –", "Ssut! Jangan melawan nenek!" sela nyokap.
"Pergi ke kamar kamu sekarang," lanjutnya lagi.
Kenapa sih apa yang gue lakuin selalu salah? Gue keluar dari kamar dengan perasaan kesal.
Keluar dari kamar gue kembali melihat lukisan itu, ternyata tidak ada apa-apa. Matanya tetap melihat kedepan. Ah memang gue nya aja yang lagi butuh aqua.
"Mbok, kamar untuk saya dimana ya?"
"Mari saya antar non."
Mbok Surti membawa gue kamar paling ujung.
"Maaf ya non Dini, Cuma kamar ini yang sempat saya bersihkan."
"Iya, gak pa pa kok mbok. Makasih ya."
"Kalau begitu saya permisi dulu."
"Mbok .."
"Ya non?" jawab Mbok Surti berbalik.
"Mm.. kenapa ya suling kakek itu gak boleh di pake?"
Mbok Surti tersenyum, "Itu suling pemanggil arwah non."
"Hah yang beneran mbok? Mbok ..?"
Loh kemana perginya Mbok Surti? Tadi kan masih ada. Ya sudahlah.
Gue gak mau terlalu memikirkan kejadian tadi dan lebih menghempaskan diri ke kasur. Yah memang kamar ini adalah yang paling besar diantara tiga kamar lainnya di lantai atas.
Gue kemudian tertidur, tengah malam sekitar pukul sebelas gue terbangun karena kebelet pipis.
Sial! Mana toiletnya jauh, disamping kamar nenek.
Awalnya gue berlari menuju toilet tapi langkah gue melambat ketika melewati lukisan itu.
Ini perasaan gue aja atau gimana ya? Gue merasa ada yang memperhatikan gerak-gerik gue.
Gue menoleh ke lukisan itu. Matanya melebar dan bergerak mengikuti arah langkah kaki gue.
Gue berlari secepat mungkin.
Brakk!!
Pintu toilet terbanting karena saking gugupnya gue. Gila! Hampir aja gue pipis di celana.
Belum selesai gue buang air kecil, tiba-tiba gue mendengar alunan suling.
Siapa yang main suling tengah malem gini?
Awalnya gue bisa mengabaikan suara itu tapi lama kelamaan suara itu makin keras dan terasa berada tepat di telinga gue.
Gue menutup telinga dengan kedua tangan gue. Tapi ini gue udah cebok ya*
Gue mendongak ke atas JaguarQQ
Sesosok kepala dengan rambut panjang menjulur serta wajahnya yang pucat berada tepat di atas gue.
Gue berteriak sekencang mungkin dan pontang-panting keluar dari toilet.
Namun dikarenakan kaki gue yang masih basah, gue terpeleset tepat di depan lukisan.
Entah kapan sosok yang tadinya di toilet sekarang sudah berada di depan gue, ia mendekati gue dengan merangkak, sesekali kepalanya bergerak patah-patah.
"Tidaakk!!!"
Gue berteriak sambil menutup mata.
Brakk!!
Pintu kamar nenek terbuka, gue membuka mata gue dan penampakan itu hilang.
"Nenek?"
"Sudah nenek bilang jangan pegang suling itu!"
Teriak nenek kemudian ia berubah wujud menjadi sosok wanita berwajah pucat tadi.
"Aaaaa!!!"

Tidak ada komentar:
Posting Komentar